Peringati Hari Santri Nasional 2022, Kepala Kemenag Bersama Bupati Pekalongan Kunjungi Ponpes Al-Falah Ploso Kediri

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

KAB.PEKALONGAN,- Bupati Pekalongan Fadia A Rafiq bersama jajaran, melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri dalam rangkaian kegiatan ziarah ke Jawa Timur untuk memeperingati Hari Santri Nasional 2022. Turut hadir Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, H. Sukarno beserta jajaran, para ulama, kyai dan para santri

Bupati Pekalongan, Fadia A Rafiq menyampaikan dalam sambutannya bahwa Kegiatan ziarah ini dilaksanakan dalam rangka rangkaian acara hari santri tahun 2022.
Lebih lanjut Fadia menjelaskan tujuan silaturahmi ke Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso Kediri yang berdiri tahun 1925 ini untuk melihat secara langsung sejauh mana proses pembelajaran di Pondok Pesantren Ploso dapat menghasilkan alumni kyai yang alim.
Terakhir Bupati Fadia menyampaikan harapannya kepada para kyai dan ulama untuk didoakan supaya dalam memimpin jalannya roda pemerintahan di Kabupaten.Pekalongan diberikan kemudahan, kelancaran dan dilindungi oleh Allah SWT.

Selain berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Fadia bersama rombongan juga melakukan ziarah ke makam KH. Hasyim Asyari, KH. Wahid Hasyim, KH. Abdurahman Wahid di Kompleks Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang dan Makam proklamator kemerdekaan RI, Ir. Soekarno di Blitar

Pondok Pesantren Al-Falah Ploso sendiri dirintis berawal pada pertengahan tahun 1924, dengan satu masjid dan seorang santri bernama Muhammad Qomar, yang tidak lain adalah kakak iparnya sendiri, Haji Djazuli mulai merintis pesantren. beliau meneruskan pengajian untuk anak anak desa sekitar Ploso yang sudah dimulainya dengan pulang pergi sejak masih berada di Karangkates. Jumlah murid pertama yang ikut mengaji ± 12 orang.

Di penghujung tahun 1924 itu seorang santri Tremas bernama Abdullah Hisyam asal Kemayan (± 3 km selatan Ploso) datang bertamu kepada Haji Djazuli sambil membawa salam dan surat surat dari sahabat lamanya. Akhirnya Hisyam melanjutkan belajarnya kepada kyai Djazuli yang memang sudah dikaguminya semenjak di Tremas.

Berbekal tekad yang kuat, pada tanggal 1 Januari 1925 kyai Djazuli mengajukan surat permohonan pemantauan kepada pemerintah Belanda untuk lembaga baru yang kemudian dikenal dengan nama Al Falah. Karena Madrasah tersebut belum punya gedung maka tempat belajarnya menggunakan serambi masjid. Inilah awal keberangkatan Haji Djazuli menjadi seorang Kyai di usia yang masih muda 25 tahun.

Cerita tentang berdirinya Madrasah sudah terdengar di kalangan yang lebih luas hingga satu demi satu santri berdatangan dan menetap di Ploso. H. Ridwan Syakur, Baedlowi dan Khurmen, ketiganya dari Sendang Gringging ditambah H. Asy’ari dan Berkah dari Ngadiluwih merupakan santri santri pertama yang menetap.(MS.TQM/MTb/bd)