Ratusan Penyuluh Lintas Iman , Ikuti Workshop Dan Bedah Buku Moderasi Beragama

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Purwokerto – Kepala KanKemenag Kabupaten Banyumas H. Aziz Muslim, didampingi Kasi Bimas Islam Afifuddin Idrus, Ketua PP GP Ansor , H. Mujiburrohman Kasubag TU Puslitbang Bimas Agama Kemenag RI Rizky Riyadu Taufiq,   membuka acara Workshop dan Bedah Buku Moderasi Beragama karya Menteri Agama RI periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin , bertempat di auditorium UIN SAIZU Purwokerto, Rabu (12/10)

Kegiatan diikuti oleh 250 penyuluh Agama Islam dan Penyuluh Agama Kristen, Penyuluh Agama Konghucu, bertindak selaku Key Note Speaker Mujiburrohman , narasumber  Rizky Riyadu Taufik dan H. Aziz Muslim.

Dalam paparannya Mujiburrohman menyampaikan bahwa kita saat ini perlu moderasi beragama , untuk mengembalikan praktek beragama agar sesuai dengan esensinya, dan agar agama benar – benar berfungsi menjaga harkat dan martabat manusia, tidak sebaliknya,

“ Selain itu supaya peradaban manusia tidak musnah akibat konflik berlatar belakang agama dan sebagai strategi kebudayaan kita dalam merawat keIndonesiaan,” ujarnya.

Lebih lanjut Mujiburrohman menyatakan apa yang perlu kita lakukan yaitu bersikap moderat baik diruang maya maupun ruang nyata, mengajak semua komponen untuk berpandangan dan bersikap moderat dalam beragama, mengajak semua komponen masyarakat untuk ikut mengkampanyekan pentingnya moderasi beragama.Jangan lagi ada politik identitas yang mencabik cabik keutuhan negara.

Sementara itu Rizky Riyadu Taufiq selaku narasumber  dalam paparannya menjelaskan bahwa mengapa moderasi beragam sangat penting ?, secara umum jawabannya adalah karena keragaman dalam beragama itu niscaya, tidak mungkin dihilangkan. Perbedaan adalahah sunatullah yang harus disyukuri. Ide dasar moderasi adalah untuk mencari persamaan dan bukan mempertajam perbedaan.

“ Setidaknya ada tiga alasan utama mengapa kita perlu moderasi beragama. Pertama, salah satu esensi kehadiran agama adalah untuk menjaga martabat manusia sebagai makhluk mulia ciptaan Tuhan, termasuk menjaga untuk tidak menghilang kan nyawanya. Kedua, ribuan tahun setelah agama-agama lahir, manusia semakin bertambah dan beragam, bersuku suku, berbangsa bangsa, beraneka warna kulit, tersebar di berbagai negeri dan wilayah. Ketiga, khusus dalam konteks Indonesia, moderasi beragama diperlukan sebagai strategi kebudayaan kita dalam merawat keindonesiaan,” ujar Rizky.

Dalam kesempatan yang sama KaKan Kemenag Banyumas menyebutkan kalau buku Moderasi Beragama ini sebagai “Babon” buku besar rujukan utama bagi penyuluh dalam berdakwah, terutama tentang moderasi beragama. Para penyuluh wajib hukumnya untuk memiliki keberpihakan dengan program moderasi beragama dan bukan menjadi beban tapi justru menjadi kebutuhan, serta merubah mind set penyuluh untuk bersikap inklusif, terbuka wawasannya, tidak gumunan tidak kagetan dan adaptif terhadap era disruptif. Kita menyampaikan terima kasih kepada Puslitbang agama yang telah memfasilitasi kegiatan ini, sebagai media pencerahan bagi penyuluh agama.

“ Ini sebagai entry point bagaimana kita terus menggelorakan semangat moderasi beragama di Kabupaten Banyumas dan bergerak dengan para penyuluh lintas iman. Kedepan bagaimana kita terus merawat kebhinekaan di Kabupaten Banyumas,” pungkasnya.(yud/rf)