Rembang – Kepala MTs Negeri 2 Rembang, Muhammad Yunus Anis mengemukakan saatnya siswa madrasah mempunyai kemampuan menulis, baik berupa laporan, karya ilmiah, maupun karya sastra lainnya.
“Menulis menjadi hal yang sangat penting. sebagai Insan pelajar harus bisa membaca, berbicara dan menulis,” ucap Yunus Anis di ruang kerjanya saat rapat bersama wakil-wakil kepala madrasah, (Senin, 14/03/2022)
Yunus Anis mengemukakan, siswa harus mulai untuk dibiasakan menulis atau membuat sendiri karya ilmiah sebagai upaya memperkuat jati diri. Menurutnya kemampuan menulis yang dimiliki siswa MTs Negeri 2 Rembang , menjadi salah satu indikator pencapaian mutu atau menjadi ukuran kualitas sumber daya manusia.
Anis mengatakan, saat ini MTs Negeri 2 Rembang terus berupaya menggenjot keterampilan dan kemampuan literasi untuk membangun budaya menulis. Hal itu diawali dengan berbagai pelatihan melalui workshop Literasi mandiri yang telah diikuti oleh siswa dan guru beberapa waktu yang lalu secara daring.
Hal itu sejalan dengan program study tour yang telah berjalan pada tanggal 2 Maret 2022 yang lalu di lokasi wisata sejarah yang ada di Yogyakarta dan diikuti oleh siswa kelas 8 dan 9. Sebelumnya panitia telah memberikan pembekalan pada siswa untuk menyusun laporan study tour.
Saat diwawancarai, Supriyanto selaku Ketua Panitia menyampaikan, kegiatan study tour yang dilaksanakan kali ini lebih menekankan edukasi pada siswa. Dalam hal ini siswa benar-benar melakukan pengamatan dan memperoleh pengalaman langsung di lapangan yang hasilnya dituangkan dalam bentuk laporan secara tertulis dengan melibatkan beberapa guru sebagai pembimbing dalam penyusunan laporan.
“Dengan menulis, siswa bisa dikenang dan diingat oleh orang banyak. Kenapa, karena tulisannya diabadikan lewat buku, dan sebagainya serta mewarnai referensi perpustakaan madrasah,” tandasnya.
Sementara itu, Akhmad Makhim Arisanto selaku guru olahraga menjelaskan, ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dan dipraktekkan di lapangan saat berada di objek rafting sungai Elo Magelang. Di antaranya adalah siswa belajar teknik dasar mendayung, renang, Basic Safety training, Security Awareness training, dan pertolongan pada korban tenggelam, semua itu dengan arahan pemandu lapangan yang telah dipersiapkan oleh pengelola obyek.
“Ini harus diambil sisi positifnya. Karena kegiatan ini memberikan pengetahuan baru terhadap siswa yang tidak pernah diberikan selama pembelajaran di madrasah, dan tentunya pengalaman yang diperoleh siswa dalam kegiatan ini juga ada di dalam kurikulum,” jelas Makhim Arisanto.
Saskia Nurul Aini, siswa kelas 9 sedang konsultasi laporan study tour dengan guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Toharudin. Dengan penuh semangat, Saskia menceritakan pengalamannya. “Saya benar-benar mendapatkan pengalaman baru, terlebih semula saya takut dengan air. Tetapi setelah mengikuti arahan dan bimbingan instruktur ternyata semua pikiran-pikiran yang selama ini hinggap di pikiranku semua terbantahkan alias meleset 180 derajat. Setidaknya saya merasakan manfaatnya bagaimana mengenakan pakaian pelampung saat saya terjatuh dari perahu karet. Pengalaman ini akan saya tulis,” kata Saskia diringi tawa. (Wient/iq/rf).