Semarang – Musyawarah Guru Mata Pekajaran (MGMP) Pendidikan Agama Katolik Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota Semarang mengadakan pembinaan iman, dengan mengangkat tema “Pengembangan Spritualitas Guru Menyongsong Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar” (IKM).
Kegiatan dilaksanakan di Taman Doa Santa Perawan Maria di Fatima Ngrawoh Gua Maria Ratu Perdamaian, Ngrawoh, Pilangsari, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen, pada Kamis (7/4).
Peserta pembinaan berjumlah 30 guru terdiri dari guru Pendidikan Agama Katolik Kementerian Agama (Kemenag) Kota Semarang, guru Dinas Pendidikan Kota Semarang, Guru Tidak Tetap, dan guru yayasan swasta dan nasional.
Ignatius Wawan Indaryanto Penyelenggara Katolik Kankemenag Kota Semarang dalam sambutannya menyampaikan harapan agar melalui kegiatan ini dapat memperkokoh persatuan guru Pendidikan Agama Katolik, serta menjadikannya sebagai sarana pengembangan profesionalitas guru.
“Kami berharap menlalui kegiatan ini menjadi sarana untuk menjalin kebersamaan antar para guru, peneguhan serta bagian pengembangan profesi bagi para guru. Inilah dukungan yang dapat kami berikan kepada guru Pendidikan Agama Katolik di Kota Semarang,” kata Wawan, pria berkacamata dan hobby bermain musik tersebut.
Pada kegiatan tersebut, Nursih Martadi guru Pendidikan Agama Katolik Kemenag Kota Semarang yang DPK pada SMAN 15 Semarang menyampaikan diseminasi materi Diklat Teknis persiapan pensiun, dengan memilih topik “Strategi Menentukan Pilihan Wirausaha”.
“Sebagai guru, sebaiknya kita persiapkan diri sejak dini untuk menghadapi masa pensiun, karena pensiun itu adalah keniscayaan, cepat atau lambat guru pasti akan mencapai Batas Usia Pensiun (BUP). Mari kita persiapkan diri untuk berwirausaha sebagai salah satu kegiatan positif untuk mengisi waktu pensiun kita nanti,” ajaknya.
Pastor Johanes Wegig Hari Nugraha, Pr yaitu Pastor Gereja Paroki St. Antonius dari Padua, KabupatenKendal yang didapuk menjadi narasumber pada kegiatan tersebut menyampaikan renungan dengan tema ”Merdeka belajar atau belajar menjadi merdeka”. Pastor Wegig mengajak para guru untuk merenungkan Kish Panggilan Murid-murid Yesus (Matius 4:18-22). “Menjadi murid Yesus adalah sebuah pilihan bebas, yang memerdekakan,” tuturnya.
Pada akhir renungan, para guru diajak untuk membangun harapan dan menjadi pewarta kasih yang merdekakan dan menuntut anak menjadi pribadi dan merdeka.
Peserta kegiatan merasa senang dan mengungkapkan akan manfaat kegiatan pembinan tersebut. “Kegiatan seperti ini sangat meneguhkan, sangat menarik. Para guru dapat menjadi semakin akrab dan mendapat kesempatan untuk menyadari untuk menjdi pribadi yang merdeka dan mewartakan kasih yang memerdekakan,” ujar Yuventinus Bagus salah satu peserta kegiatan. (DNM/NBA/bd)