Kendal – Mencari Bilangan termasuk materi yang rumit dipelajari siswa tingkat MI. Bilangan Prima adalah bilangan yang hanya mempunyai dua faktor, yaitu bilangan 1 dan bilangan itu sendiri. Misbakhul Munir, guru kelas 4 Kesultanan Sambas MIN 1 Kendal mengajarkan anak diriknya menggunakan Saringan Erathosthenes sebagai metode mencari bilangan prima.
Materi itu diajarakan kepada 28 siswa kelas 4 Kesultanan Sambas, Rabu (8/2). Harapannya, setelah pembelajaran tersebut, siswa bisa mengetahui bilangan prima yang ada pada bilangan mulai dari 1 sampai 100 dengan lebih mudah.
“Saringan Erathosthenes adalah algoritma sederhana yang dibuat oleh ilmuan Yunani dari abad ketiga. Metode ini efektif bagi orang yang ingin mencari bilangan prima dari awal,” jelasnya.
Cara menggunakan Saringan Erathosthenes adalah, pertama siswa membuat tabel yang berisi bilangan satu sampai seratus. Langkah berikutnya, siswa mencoret angka 1 karena angka satu bukan bilangan prima sebab hanya mempunyai satu faktor. Lalu, siswa mencari dan mencoret angka kelipatan dua tanpa mencoret angka dua itu sendiri. Siswa mencoret semua angka kelipatan dua tersebut sampai angka seratus.
Berikutnya, siswa mencari angka setelah angka dua yang tidak tercoret lalu melipatkannya, tanpa mencoret angka tersebut. Semisal yang ditemukan adalah angka 3, maka yang dicoret adalah semua angka kelipatan angka 3 sampai angka seratus tanpa mencoret angka 3 itu sendiri. Lalu siswa mencari lagi angka berikutnya yang tidak tercoret lalu melipatkan dan mencoret kelipatan dari angka tersebut.
“Proses itu diulangi terus sampai tidak ada lagi angka yang bisa dicoret. Nah, angka yang tidak tercoret itulah yang termasuk bilangan Prima,” jelasnya lagi.
Salah satu siswa, yang cukup antusias menanyakan “Apakah fungsi dari bilangan Prima,” ujar Alkhalifi. Hal itu kemudian dijawab oleh Munir bahwa fungsinya adalah untuk memudahkan pencarian operasi matematika yang lain, seperti FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil. (MIN1/bel/rf)