Wartawan Goes to School Sambangi MAN 2 Kebumen

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kebumen – Pengenalan jurnalsitik di lingkungan pendidikan hari ini sangat dibutuhkan. Hal ini agar insan pendidikan mampu memilah dan memilih informasi yang valid dan hoax.

Demikian yang dilakukan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Koordinatoriat Kebumen dengan menyelenggarakan kegiatan Wartawan Goes to School. Acara yang dilaksanakan di MAN 2 Kebumen pada Kamis, (9/2/2023) tersebut, merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) dan HUT PWI ke-75.

Hadir sebagai narasumber yakni Wakil Ketua PWI Kebumen, M. Tohri, dan Paryanto, Wartawan Banyumas TV. Adapun kegiatan diikuti oleh, waka kesiswaan, perwakilan guru, dan 45 peserta didik perwakilan dari OSIS, IRMAS, serta Kelas X dan XI.

Pembukaan kegiatan diisi dengan sambutan dari Kepala MAN 2 Kebumen Warsam. Ia menekankan agar peserta yang hadir, bisa menjadi garda terdepan melawan hoax melalui berita.

“Kalau sekedar menulis, saya kira kita semua bisa. Tapi nulis yang layak dan enak dibaca, itu ada ilmunya. Melalui kegiatan inilah nanti kita akan belajar bagaimana menulis yang enak dibaca. Sehingga informasi apapun mengenai MAN 2, itu kita tulis, kita beritakan, agar MAN 2 semakin dikenal,” tutur Warsam.

Warsam berharap dengan adanya kegiatan Wartawan Goes to School di MAN 2 Kebumen, dapat menumbuhkan minat menulis dan memupuk jiwa jurnalistik bagi peserta didik MAN 2 Kebumen.

Sementara itu, M. Tohri, dalam paparan materinya memberi wawasan terkait serba-serbi menjadi wartawan atau jurnalistik dan kode etik  seorang jurnalis. “Wartawan profesional itu tidak asal menulis berita, tapi ada kode etik yang harus dipatuhi. Ini agar berita yang ditulis bukan informasi hoax, tapi bisa diuji kebenarannya. Kalau wartawan salah itu wajar, namanya manusia. Tapi kalau bohong, tidak boleh,” papar Tohri.

Lebih lanjut ia menyampaikan tentang kebebasan pers yang saat ini dilindungi undang-undang. Fungsi pers selain sebagai informasi, juga sebagai kontrol kinerja pemerintah. Maka pers harus memberikan informasi yang berimbang dan valid.

Adapun narasumber kedua, Paryanto, menyoroti perkembangan teknologi informasi yang menjadikan dunia seakan ada dalam genggaman. Adanya smartphone menjadikan dunia yang luas menjadi mudah diakses.

“Adanya medsos menjadikan informasi yang hoax pun mudah menyebar. Tahu ndak bedanya informasi sama berita? Kalau informasi itu bisa disampaikan oleh siapa saja. Asal punya medsos bisa memberikan informasi. Sedangkan berita adalah informasi yang sudah diolah oleh jurnalis, sehingga kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan,” tandas Paryanto.  (Wahyu/fz/bd).