Serunya Kelas IPA di MTs Darul Ishlah

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kendal – Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di sekolah/madrasah memiliki peran penting dalam upaya membangun kecakapan para murid. Kecakapan tersebut antara lain melatih murid menggunakan keterampilan berpikir ilmiah (saintifik), melatih menganalisis masalah mulai dari yang sederhana hingga kompleks, menyajikan data secara jujur, berkomunikasi secara efektif, hingga menemukan solusi atas masalah tersebut.

Salah satu guru mata pelajaran IPA pada MTs Darul Ishlah, Erwin Prastyo berinovasi membuat kelas IPA menjadi lebih seru dengan memberikan kebebasan kepada sisiwa untuk memilih topik yang akan dipelajari sebagai materi pembelajaran pertama, Selasa (14/2). Setelah mendapatkan gambaran dari guru tentang hal yang akan dipelajari pada setiap topik, akhirnya disepakati bahwa topik pertama yaitu “Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia”.

“Pembelajaran sudah kami rancang agar dapat menciptakan keaktifan siswa, melalui diskusi aktif, kolaborasi antaranggota kelompok, praktik IPA, presentasi, hingga menumbuhkan kecintaan menulis melalui aktivitas menulis pengalaman praktik,” jelas Erwin.

Para murid yang sudah membagi dalam kelompok-kelompok kecil mengawali pembelajaran praktik IPA dengan membawa bahan makanan yang akan diuji kandungan bahannya. Bahan yang dibawa berupa bahan makanan sehari-hari yang mereka bawa dari rumah. Bahan tersebut antara lain nasi, pisang, kentang rebus, nasi jagung, sosis, singkong rebus, tempe, ketela rebus. Selanjutnya setiap kelompok menguji tiap bahan yang dibawa, yaitu uji amilum dan uji lemak.

Kedua kegiatan praktik uji bahan makanan tersebut dilakukan secara sederhana di dalam kelas. Pada uji amilum, murid menggunakan plat tetes untuk menempatkan tiap bahan makanan yang sudah dihaluskan. Obat merah (betadine) digunakan sebagai reagent pengganti iodine.

“Para murid sangat senang saat berpraktik, apalagi tahu kalau ternyata warna bahan makanan bisa berubah saat ditetesi obat merah. Ini menjadi pengalaman pertama mereka bereksperimen uji bahan makanan,” ungkapnya.

Pada uji lemak, murid menggunakan potongan kertas kecil. Masing-masing bahan makanan dioles-oleskan pada potongan kertas. Meskipun suasana kelas tampak ramai tetapi inilah kesempatan yang membuat para murid menjadi aktif dan berani mencoba.

Selanjutnya, murid mempresentasikan hasil pengamatan dan diskusi kelompoknya di hadapan teman-teman lain. Pada sesi ini murid bisa bertukar pendapat apabila ditemukan hasil pengamatan yang berbeda dengan kelompok lain.

“Pada tahap penulisan laporan kami memodifikasi format laporan konvensional menjadi cerita pengalaman praktik IPA. Disini mereka diberikan kebebasan menuliskan pengalamannya praktik uji bahan makanan. Kami hanya memberikan arahan pedoman tentang aspek yang harus dimunculkan dalam tulisan mereka,” lanjut Erwin.

Adapun pedoman penulisan laporan harus memenuhi aspek antara lain: kegiatan yang dilakukan; tujuan kegiatan; alat dan bahan yang digunakan; tahap/langkah kegiatan; hasil pengamatan; perasaan setelah belajar; kesulitan yang dihadapi selama praktik; dan harapan mereka pada pembelajaran IPA selanjutnya.

“Sebagai wujud apresiasi sekaligus menumbuhkan kecintaan murid terhadap aktivitas membaca maka kami kumpulan laporan yang ditulis tangan tersebut menjadi buku antologi yang juga dapat diakses online,” pungkasnya. (DI/bel/rf)