KOTA PEKALONGAN (Humas) — “Kalau engkau bukanlah anak raja dan bukan pula anak ulama besar maka menulislah” (Imam Ghozali). Pepatah popular yang disampaikan oleh tokoh filosuf besar islam tersebut sudah disampaikan ribuan tahun yang lalu namun gaungnya tidak pernah hilang bagi kalangan pembaca dan penulis.
Imam Ghozali sadar betul bahwa keberadaan manusia akan sirna begitu saja pada saat ia kembali kepada sang pencipta. Jikalau engkau bukanlah seorang tokoh besar maka menulislah niscaya karyamu akan selalu ada dan dikenang.
Semangat tersebut nampaknya yang ingin dibangkitkan oleh Antono dan Fauzan selaku humas kemenag kota Pekalongan pada forum silaturahmi bersama guru – guru Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah se kota Pekalongan pada Rabu (2/08/2023), dalam rangka ikut berperan aktif sebagai kontributor berita pada laman website kemenag kota pekalongan.
Antono menyampaikan “janganlah merasa berat untuk menorehkan tulisan karena terbebani kualitas, dengan kuantitas pada saatnya akan menampakkan hasil yang berkualitas”. Sebagaimana pepatah mengatakan “sebuah usaha tidak akan menghianati hasil”.
Silaturahmi antara guru Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang mendapat tugas tambahan sebagai humas madrasah dengan humas kemenag yang dihadiri pula oleh Kepala Kankemenag kota Pekalongan H. Kasiman Mahmud Deski, M.Ag berlangsung cukup hangat dan akrab selayaknya bukan pertemuan pertama.
Kepala Kankemenag mengatakan “tulislah hal baik yang ada di sekeliling kita misalnya praktik kebijakan lokal terintegrasi dengan kurikilum madrasah yang menjadi pembeda dengan sekolah lain,” tuturnya. Kasiman menambahkan “Kabarkanlah hal-hal baik kepada mereka maka hal baik tersebut tidak hanya berhenti padamu.” sambungnya.
Pertemuan yang diselenggarakan di meeting room kemenag kota Pekalongan tak berasa berlangsung selama dua jam. Semangat dan harapan menjadi penutup pertemuan tersebut yang diakhiri berakhir dengan foto bersama.
Kontributor menambahkan bahwa menjadi seorang penulis pada hakikatnya proses mengukir sejarah karena gajah mati meninggalkan gading sedangkan manusia mati meninggalkan nama. Demikian pepatah lama yang selalu diajarkan oleh guru-guru kita.
Pada prinsipnya menjadi penulis itu proses menyapa, merentangkan ilmu melampaui dimensi ruang dan waktu. Sebuah tulisan tak dipupus masa dan usia, tak terhalang ruang dan jarak. Segala hal yang pernah terucap bisa lenyap tak berjejak, sedangkan yang ditulis akan abadi.
Menulis tak ubahnya membangun jembatan antara masa kini dengan masa depan. Sebagaimana Al Qur’an yang diturunkan seribu empat ratus tahun silam yang ditulis oleh para sahabat menjadi penuntun kehidupan umat muslim dalam berbagai dimensi kehidupan.
Sebagai penutup kontributor mengutip wasiat dan nasihat Imam Asy-Syafi’i untuk gemar menulis. Imam Syafi’I menganalogikan, “Ilmu itu ibarat buruan hewan liar dan tulisan ibarat tali pengikatnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.” Maka dengan menulis merupakan salah satu-satunya jalan untuk merawat ingatan. (Na/fzn/bd)