Semarang – Selasa (12/9/2023), Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Semarang, Ahmad Farid, meminta para pelajar SMA/K di Kota Semarang selaku peserta kegiatan Dialog Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani), untuk berhati-hati terhadap provokasi dari kelompok tertentu yang mengajak pada radikalisme. “Ada beberapa kelompok yang menyebut “thagut” kepada pemerintah, artinya pemerintah dianggap tidak benar, melampaui batas sehingga tidak perlu diikuti,” tuturnya pada kegiatan yang digelar di Hotel Grasia.
“Muara beragama itu ketentraman hidup. Perbedaan itu dibingkai keselarasan, jangan merasa paling benar. Di kajian-kajian tertentu memang yang dibidik usia pelajar untuk disetting punya pemikiran hanya jihad jalan menuju khilafah,” imbuhnya selaku narasumber pada kegiatan itu.
Pada kegiatan itu, hadir pula Wakil Sekretaris Yayasan Persadani, Hadi Masykur, mantan terpidana terorisme yang telah insyaf dan berikrar setiap pada NKRI. Dalam kegiatan tersebut, ia menceritakan kronologis dirinya mulai bergabung ke dalam kelompok yang dilarang di Indonesia sebagai iktibar bagi para pelajar SMA/K di Kota Semarang agar tidak terjerumus dalam tindakan yang sama.
Sementera itu, Pembina Yayasan Persadani sekaligus penyuluh agama Islam Kankemenag Kota Semarang, Syarif Hidayatullah berharap, dari paparan yang disampaikan oleh Ahmad Farid dan pengalaman yang diceritakan oleh Hadi Masykur, bisa membantu pemerintah secara cepat untuk mencetak generasi muda yang moderat yang kelak menjadi para pemimpin negeri.
“Kegiatan ini sebagai bukti nyata bila para mantan napiter sudah pada tahap menggaungkan satu prioritas Kementerian Agama, yaitu penguatan moderasi beragama dengan sasaran para pelajar SMA/K se-Kota Semarang,” katanya.
Pada bagian lain, Kepala Badan Kesbangpol Kota Semarang, Sapto Adi Sugihartono, mengajak peserta kegiatan untuk terus memperluas wawasan kebangsaan, agar persatuan dan kesatuan tetap terjaga di Indonesia.
Kegiatan ini diikuti oleh 36 peserta, terdiri dari 12 Ketua OSIS, 12 Sie Rohis, dan guru pendamping pada beberapa SMA/K di Kota Semarang.(sy/NBA/bd)