
Semarang (Humas) – Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag RI Muhammad Adib Abdushomad, menyampaikan materi pentingnya penguatan sistem deteksi dini konflik sosial berdimensi keagamaan melalui Early Warning System (EWS) Si Rukun.
Dalam kegiatan Implementasi EWS Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan di Provinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan di Semarang, Senin (6/10/2025) Adib menyampaikan bahwa isu agama menjadi lebih sensitif sejak 2024.
“Tahun 2024 merupakan tahun politik menjadikan isu keagamaan lebih sensitif. Hal ini ditunjukkan dengan maraknya potensi intoleran, ujaran kebencian, penolakan rumah ibadah, serta lonjakan percakapan isu keagamaan di media sosial,” ungkapnya.
Adib menjelaskan bahwa EWS Si Rukun hadir sebagai sistem yang dirancang untuk mendeteksi gejala konflik tersembunyi di masyarakat agar dapat dicegah sebelum berkembang menjadi konflik terbuka.
“Gejala konflik itu selalu ada dan tidak muncul secara tiba-tiba. Karena itu, Sistem EWS Si Rukun ini berfungsi untuk mengamati tanda-tanda awal, menyediakan informasi yang cepat dan akurat, sehingga konflik dapat dicegah sejak dini dan direspon dengan cepat sebelum meluas,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa sistem ini menjadi alat penting bagi pemerintah untuk memastikan respon yang tepat terhadap dinamika sosial di masyarakat.
“Dengan adanya sistem yang memadai seperti EWS Si Rukun, negara akan dengan cepat merespon dinamika di lapangan,” ujarnya.
Adib menjelaskan bahwa tiga pilar utama EWS Si Rukun menjadi kunci keberhasilan sistem ini dalam menjaga harmoni masyarakat, yakni Cegah Dini, Deteksi Dini, dan Respon Cepat.

Sangat Penting sinergi seluruh stakeholder yang ada di Kemenag untuk bersama-sama mengawal EWS agar implementasinya berdampak dalam upaya mencegah dan meminimalisir Konflik.
Hadir Peserta dalam kegiatan Tim Pemgendali KUB sejateng, Pokjaluh Lintas Agama, Bidang dan Bimas pada Kanwil Kemenag dan juga Pengurus Asosiasi Penghulu Indonesia yang siap mendukung penuh Implementasi EWS SI Rukun. (Rifki)









