Cilacap- Sejak ditetapkan sebagai Madrasah Adiwiyata Nasional oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Desember 2018, MAN 1 Cilacap terus berbenah dalam mengolah dan memberdayakan lingkungannya.
Di antara yang digagas yaitu Pelatihan Kewirausaan yang telah dilaksanakan pada 12-13 Desember 2018. Salah satu materi yang sekarang sedang digiatkan adalah pengembangan usaha hidroponik. Kegiatan ini ditempatkan di depan ruang kepala madrasah menempati lahan di atas dan samping kolam ikan hias. Tepat di atas hidroponik di tempatkan menggunakan paralon yang panjangnya sekitar dua meter. Pipa dengan lubang berjumlah 20 terdiri dari empat paralon yang dipasang secara miring 300. Di kiri kolam juga di pasang hidroponik dengan bentuk seperti atap rumah sepanjang satu meter dengan 10 lubang berjumlah delapan buah.
Bila dijumlahkan kira-kira ada 160 lubang hidroponik yang ditanam dengan sawi samhong yang berkarakter segar dan renyah bila dimakan sebagai lalapan. Tanaman yang mudah tumbuh dengan kadar air tinggi pengembangannya dengan memberikan pupuk cair yang dibuat secara rotasi untuk memenuhi nutrisinya. Percobaan penanaman pertama setelah dua bulan siap dipanen.
Peserta didik yang tergabung dengan Adiwiyata dalam bimbingan guru Mata Pelajaran Prawira, Ika Estining PL., telah melakukan pemanenan secara periodik sebanyak dua kali. Hasil panen yang telah dipetik dikemas dalam plastik yang ditempel sticker bertuliskan fresh vegetables (sayuran-sayuran segar). Untuk panen perdana dan kedua kalinya dijual kepada tenaga pendidik maupun kependidikan yang langsung ludes terjual cepat meski harga perbungkus Rp. 5.000,00 yang berisi dua ikat tanaman.
“Kami beri harga Rp. 5.000 / paket yang nantinya akan terkumpul uang sebesar Rp. 400.000. Dengan harapan dapat mengembalikan modal dan bisa untuk mengembangkan kembali bisnis hidroponik ini. Sehingga hidroponik di MAN 1 Cilacap akan semakin banyak. Modal awal kami untuk rockwall (media tanam/ lubang Rp. 100 jadi semuanya butuh Rp. 16.000, harga benih Rp. 4000, nutrisi Rp. 100.000. Pengemasan membutuhkan biaya Rp. 10.000, sehingga total pembiyaan produksi sebesar Rp. 130.000. Bila semua terjual maka kami akan punya keuntungan Rp. 270.000, cukup untuk pengembangan berikutnya”, Kata Yusmita Sari siswa kelas XI IPA 1 yang tergabung Tim Adiwiyata.
“Bagi anak, mereka belajar dari menyemai bibit, merawat, memanen, mengepak dan menjualnya merupakan pelajaran berharga. Bagaimana mereka mengembangkan bisnis yang bermula dari sekitar mereka. Siklus bisnis yang mereka pelajari dengan pendekatan belajar langsung dan mengalaminya akan lebih bermakna. Harapan kami dimasa depan akan tumbuh para penggiat wirausaha di kalangan anak muda,” kata Ika Estining PL menyemangati siswanya.(Agus eS/Wul)