Banjarnegara – Bahasa Jawa merupakan sumber etika dan kesantunan Jawa. Dengan berbahasa Jawa, tindak tutur pengguna bahasa secara otomatis akan mengikuti aturan tatakrama kesantunan Jawa, di mana dalam bertutur pasti akan memperhatikan konteks siapa dan bagaimana kedudukan lawan tutur terhadap dirinya.
Akan tetapi, pada masa sekarang tingkat penguasaan bahasa Jawa bagi generasi muda Jawa, khususnya di Jawa Tengah sudah mulai luntur. Hal ini sangat memprihatinkan karena lunturnya penguasaan bahasa Jawa berimplikasi pada lunturnya tingkat kesantunan bertutur dan berperilaku bagi generasi penerus budaya Jawa.
Oleh Karena itu, MGMP Bahasa Jawa tingkat Kab. Banjarnegara melakukan tindakan nyata untuk menjaga kelestarian nilai budaya bangsa yakni bahasa Jawa dengan memfasilitasi dan mengapresiasi generasi penerus yang memiliki kemampuan dan berprestasi, dengan cara menyelenggarakan lomba berpidato berbahasa Jawa bagi generasi muda.
Tema yang di usung adalah Festival Tunas Bahasa Ibu yang diadakan pada tingkat SMP/MTs se Kab. Banjarnegara. Perlombaan yang diselenggarakan antara lain; Menulis geguritan, Menulis, membaca aksara Jawa, dan Pidato bahasa Jawa. Perlombaan ini dilakasanakan secara langsung pada Kamis, (5/11/21) berlokasi di SMP 5 Banjarnegara.
Dari berbagai perlombaan tersebut, MTs N 1 Banjarnegara mengirimkan 6 siswa/siswi untuk mengikutinya. Diantaranta adalah Azalia, Salsabila, Renata, Firza, Zulfikar, dan Septi. Kegiatan ini melibatkan para tokoh yang berkompeten dalam penguasaan bahasa Jawa, yaitu dewan juri dan narahubung dari Dinas Pendidikan kabupaten Banjarnegara.
Di mulai dari jam 8.00 WIB sampai 15.00 WIB MTs N 1 Banjarnegara kembali meraih preatasi. Azalia perwakilan siswi Putri MTs N 1 Banjarnegara meraih juara 3 pada kategori lomba pidato bahasa Jawa.
Erma selaku pembimbing dari Azalia menyampaikan terimakasih dan bahagia atas pencapaian anak didiknya.
“Selamat untuk Azlia atas pencapaian dalam mendapat juara 3 ini. Semoga dengan mengikuti perlombaan pidato bahasa Jawa, untuk kedepannya kamu lebih paham, mengerti, dan bisa mengeimplementasikannya dengan cara berpidato yang baik dan benar, baik secara lisan maupu tulisan,” ujar Erma
Mengusung tema ‘Pengalaman Covid-19 wonten laladan sakubengipun’ Azalia mengaku telah berlatih satu minggu lebih. Selain itu, dirinya menilai bahwa bahasa Jawa perlu dilestarikan.
“Sewajarnya kita tidak boleh melupakan akar budaya yang telah ada, karena budaya-budaya itu mengandung nilai-nilai yang sangat luhut yang tetap dileastarikan. Kebudayaan lokal perlu terus digali di samping tetap menikmati kebudayaan yang modern. Melupakan budaya lokas yang ada berarti mengingkari eksistensi warisan budaya nenek moyang yang bernilai tinggi,” tutupnya. (ran/ak/rf)