Semarang – Bom Makassar, tragedi kemanusiaan yang dilakukan di depan Gereja Katedral adalah tindakan terkutuk dan pelakunya adalah orang yang sudah keluar dari keyakinan agamanya. Mari kita tingkatkan kerukunan dan kita mantapkan moderasi beragama, tegas Mustam Aji, Ketua FKUB Kota Semarang dalam acara Nisyfu Sya'ban di mushollanya Jl. Purwoyoso Semarang, Minggu (28/3).
Apapun alasannya, pelaku dan inspiratornya sudah melenceng dari sumber agamanya, karena yang dominan adalah ideologi politiknya, imbuhnya.
“Islam dan agama manapun tidak memerintahkan pembunuhan, baik dalam skala kecil maupun besar”, tutur tokoh yang saat ini juga sebagai penasehat MUI Kota Semarang.
Dalam kesempatan lainya, Syarif Hidayatullah, selaku Sekretaris FKUB menyebutkan seolah-olah aksi ini mendukung upaya dendam atau operasi pengejaran terhadap kelompok MIT di Sulawesi Tengah atau yang di Philipina, juga upaya tindakan nyata atas pertangungjawaban kelompok yang telah menerima dana sekian tahun dari para donatur terorisme.
“Kelompok ini perlu sebuah aksi, guna membuktikan kepada dunia internasional, bahwa Anshorud Daulah masih ada di bumi Indonesia, makanya targetnya adalah Katedral yang merupakan simbol dari otoritas keagamaan”, ungkap Penyuluh Agama Kemenag yang juga telah ikut membina eks napi terorisme di Jawa Tengah sejak 2010 ini.
Syarif juga menambahkan, dengan adanya kasus yang memilukan ini justru menjadi motivasi bagi penggerak kerukunan agar tetap berjuang untuk diseminasikan dengan moderasi beragama.
“Kemenag dan FKUB di daerah perlu disarankan dan dititipi agar cantumkan program wilayah percontohan penanaman moderasi beragama, utamakan wilayah yang rentan intoleransi dan radikalisme”, gagasnya.(sy/bd)<!–/data/user/0/com.samsung.android.app.notes/files/clipdata/clipdata_bodytext_210329_073451_544.sdocx–>