081128099990

WA Layanan

081393986612

WA Pengaduan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Whistle Blower

Pembinaan dan Penguatan Moderasi Beragama dan Tahun Toleransi 2022.

Kota Pekalongan – Dalam rangka mensukseskan Program Strategis Kementerian Agama Republik Indonesia, Kantor Kementerian Agama Kota Pekalongan mengadakan kegiatan Pembinaan Kepala RA/MI/MTs/MA dan PNS di lingkungan Kankemenag Kota Pekalongan oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah, H. Musta’in Ahmad, S.H.,M.H dalam Penguatan Moderasi Beragama dan Tahun Toleransi 2022. Bertempat di Aula MAN IC Kota Pekalongan. (Selasa, 18 Oktober 2022).

Acara ini dihadiri oleh Kepala Kantor Wilayah  Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah H. Musta’in Ahmad, S.H.,M.H, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Pekalongan, H. Kasiman Mahmud Desky, M.Ag,  Kasubbag TU, Kasi dan Penyelenggara, para Kepala Madrasah, para Pengawas dan Kepala KUA kecamatan serta para tamu undangan lainnya.

Kepala Kankemenag Kota Pekalongan, H. Kasiman Mahmud Desky dalam sambutannya mengucapkan rasa terimakasih kepada Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah beserta Ibu, yang telah bersedia hadir dan memberikan sambutan, arahan sekaligus pembinaan pada kegiata tersebut. Dalam kesempatan itu, Kakankemenag juga menekankan pentingnya Moderasi Beragama.

“Moderasi beragama merupakan salah satu dari tujuh program strategis Kementerian Agama yang harus disosialisasikan dan disukseskan, mengingat akhir-akhir ini banyak sekali isu radikalisme dan intoleran. Oleh karena hal tersebut, kami memandang perlunya Pembinaan dalam Penguatan Moderasi Beragama dan Tahun Toleransi, untuk menangkal segala bentuk isu yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.” tegas H. Kasiman.

Sementara itu, dalam paparan Pembinaannya Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, H. Musta’in Ahmad mengatakan bahwasanya isu-isu radikalisme dan intoleran memang merupakan isu yang harus dihadang sejak dini bahkan dari tingkat pendidikan.

Beliau juga sangat apresiatif dengan penyelenggaraan moderasi beragama ini. Terlebih karena kegiatan ini diikuti oleh seluruh PNS yang ada di Kankemenag Kota Pekalongan, karena PNS juga tidak menutup kemungkinan dapat terkontaminasi terhadap doktrin-doktrin radikalisme yang akan menimbulkan sikap intoleran.

Harapan beliau para Kepala RA/MI/MTs/MA dan PNS di lingkungan Kankemenag Kota Pekalongan tidak akan mengajarkan kepada anak didiknya hal-hal yang dapat merusak dan menghancurkan keutuhan dan kerukunan bangsa. Beliau juga menekankan kepada Kepala Madrasah agar selektif dalam memilih guru, khususnya guru keagamaan. Oleh karena itu, penting bagi setiap tenaga pendidik dan kependidikan untuk mengenal dan menerapkan moderasi beragama.

“Ada empat indikator moderasi beragama yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal. Disamping itu, kita juga harus berpegang teguh kepada Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Undang-undang 1945, “ ujar Kakanwil.

Selanjutnya disampaikan untuk memahami pentingnya tahun toleransi 2022 memang dibutuhkan rasa atau sense agar memiliki keseimbangan sikap tidak perlu muluk-muluk dengan analisis jika rasa kita dalam beragama dan berbangsa telah berkurang atau bahkan hilang sama sekali maka semua hal yang dilihat akan menjadi “spa” ibarat makanan akan terasa hambar atau anyep sehingga wajar muncul pandangan atau narasi yang selalu negatif

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah sosok nyata bagaimana menggunakan rasa dalam beragama dikaitkan dengan hubungan antara sama yang berbeda suatu ketika nabi sedang bercengkrama bersama para sahabat, kemudian ada sekelompok orang lewat sambil memanggul jenazah orang yang beragama Yahudi lalu Nabi secara spontan berdiri sebagai bentuk hormat tapi tindakan nabi itu justru mendapat protes dari sahabatnya, “Wahai Nabi kenapa engkau berdiri, bukankah jenazah itu seorang Yahudi?”.  â€śBetul meski dia Yahudi setidaknya ia saudara seorang manusia yang perlu kita muliakan jawab Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

“Sikap humanis Rasulullah tersebut tentu berdasarkan dari rasa empati rasulullah yang begitu dalam kepada sesama hal ini diteladankan juga oleh Ali bin Abi Thalib ra melalui pernyataan yang sering dikutip oleh Gus Menteri Yaqut Cholil Qoumas, mereka yang tidak seiman adalah saudara dalam kemanusiaan.Konteks dalam pernyataan Ali bin Abi Thalib ra tersebut jelas sekali didasarkan pada perlunya orang beragama tetap mengoptimalkan fungsi hati yang diantaranya yang diantara fungsinya untuk berempati kepada sesama, “ papar Kakanwil.

Lalu apa hubungannya dengan pencanangan tahun toleransi 2022 ? Betul sekali bahwa bangsa kita memang dihuni oleh masyarakat yang beragam baik agama keyakinan budaya adat istiadat suku bangsa warna kulit dan sebagainya serta faktanya hingga saat ini secara umum Indonesia tetap rukun damai dan toleran namun belakangan ini banyak pemahaman sikap dan praktik ekstrim baik kanan maupun kiri terus bermunculan.

Pada saat yang sama di tingkat global juga membutuhkan semangat toleransi untuk menjaga perdamaian dan kerukunan. Di beberapa belahan dunia masih saja terjadi pertikaian yang menimbulkan krisis kemanusiaan akibat paham sikap dan praktik beragama secara berlebihan seperti klaim-klaim kebenaran secara sepihak.

“Oleh karena itu Indonesia berpeluang menjadi parameter toleransi dunia best practice tentang ketoleransian di Indonesia harus digaungkan agar dipahami dunia. Tentu semua ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah. Pemerintah akan bersinergi dengan stakeholder termasuk ormas keagamaan tidak hanya Islam tapi semua agama sehingga pencanangan tahun toleransi 2020 222 merupakan momentum penting untuk konsolidasi budaya dan merekatkan serta menguatkan kembali pentingnya toleransi di negara kita.” pungkasnya. (@nSi/bd)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Skip to content