081128099990

WA Layanan

081393986612

WA Pengaduan

Search
Close this search box.

Peran GPAI Dalam Revolusi Industri 4.0

Oleh: Dra. Hj. Nur Solichah, M.Pd, Pengawas Sekolah Madya pada Kankemenag Kab. Semarang

Revolusi Industri 4.0 merupakan konsep yang telah mendunia yang pertama dikenalkan oleh ekonom asal Jerman, Profesor Klaus Schwab dalam bukunya “The fourth Industrial Revolution”, yang untuk menghadapinya, diperlukan banyak sekali persiapan mental para pelakunya, utamanya dalam mempersiapkan metode pembelajaran pendidikan yang tepat sasaran, tepat waktu, tepat sarana dan prasarana serta tepat dalam mendukung adanya perubahan.

Tantangan di era Revolusi Industri 4.0 untuk Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti indikatornya adalah adanya perubahan dari cara belajar, pola pikir, pola kerja serta cara bertindak yang dilakukan sekolah, guru dan yang lebih khusus lagi adalah para peserta didik dalam mengembangkan berbagai inovasi kreatif di berbagai bidang.

Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) harus selalu update kemampuan, meningkatkan pemahaman dalam mengekspresikan diri di bidang literasi media, cerdas secara digital, memahami informasi yang akan disampaikan dan dibagikan kepada peserta didik serta mampu menganalisis penyelesaian permasalahan secara akademis tentang literasi digital.

Dalam menghadapi era Revousi Industri 4.0, semua pihak dalam institusi pendidikan harus bisa bekerja sama dengan siapapun dalam orientasi pendidikan mendatang serta mampu mengubah kinerja dengan sistem pendidikan yang dapat mengembangkan kualitas dan kuantitas pola pikir para peserta  didik. Guru harus lebih siap menularkan ilmu kepada peserta didik dalam penguatan digitalisasi pendidikan yang semuanya berbasis aplikasi.

Revolusi Industri 4.0 diantara cirinya adalah terhubungnya manusia dengan fasilitas internet dan mesin robot. Harapan ke depan memasuki dunia industri dan dunia kerja, para siswa telah dilengkapi dengan berbagai keterampilan dan kemampuan agar lebih siap bekerja  dimanapun ia ditugaskan.

Era Revolusi Industri memiliki pengaruh terhadap dunia pendidikan, perubahan sikap, perilaku dan pola pikir yang dialami peserta didik yang hidup pada masa digital. Suatu generasi yang tidak asing lagi dengan dunia digital. Keseharian telah terbiasa dengan kecakapan dan kecerdasan digital dimana diharapkan mampu memfilter arus informasi dan teknologi indutri 4.0. Sikap yang muncul adalah dengan kecenderungan untuk kecanduan gadget sepanjang hari, cyber bulliying, atau bahkan turunnya kualitas moral dan akhlak . Sudah selayaknya guru pendidikan agama Islam memiliki daya upaya dan gagasan yang tepat dalam menghadapi perubahan-perubahan perilaku peserta didik era 4.0 ini.

Guru Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti mempunyai tanggung jawab dalam upaya menyiapkan mental spiritual peserta didik dalam menyongsong Revolusi Industri 4.0, sebelum masuk pada dunia kerja. Tugas pokok dari GPAI adalah memberikan pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap dalam beragama untuk menyiapkan peserta didik terjun dalam dunia kerja setelah lulus kelak. Generasi yang memahami jati diri dan kuat secara mental akan mampu mengendalikan kemajuan dan teknologi untuk mencapai tujuan dan selamat mencapai apa yang dicita-citakan. Sebaliknya, jika generasi yang kehilangan jati dirinya, maka bisa jadi teknologilah yang akan mengendalikan hidupnya.

 Guru termasuk Guru Penddikan Agama Islam harus selalu siap dalam  mengembangkan semua program sekolah sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya agar mampu membekali peserta didik secara mental yang didasarkan pada pemahaman dan pengamalan agama Islam sehingga menjadi pribadi yang kuat serta mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang terjadi, Imbuhnya.

Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang sejalan dengan kemajuan peradaban manusia. Hanya orang-orang yang siap dalam menghadapi perubahan itu yang nanti akan mampu bertahan dan mampu menyesuaikan diri. Perubahan yang terjadi adalah hal keniscayaan dan kita semua harus pandai dan bijak untuk menikmatinya. Berusaha untuk tidak menghindarinya karena menghindar bukan merupakan suatu langkah yang tepat. Kita bisa berbuat  lebih baik lagi jika mampu membuat dan menciptakan inovasi-inovasi baru, bagaimanapun perkembangan Revolusi Industri 5.0 yang sudah diambang pintu.(/Sua)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Skip to content