Batang (Humas) – Sebanyak 36 PPPK dilingkungan Kemenag Kab. Batang pada Selasa (26/09/2023) hingga empat hari kedepan mengikuti orientasi pengenalan nilai dan etika pada instansi pemerintah di aula Kemenag yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan Semarang. Hadir dalam pembukaa kegiatan itu Kakankemenag Kab Batang Akhmad Farkhan, Kasubag TU Abdul Wahab, para Widyaiswara dan panitia dari Balai Diklat Keagamaan Semarang.
Mewakili Kepala Balai Diklat, Solikhin menyampaikan terimakasih pada Kakankemenag yang telah memberikan tempat untuk kegiatan ini. Menurutnya PPPK merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ASN.
“Anda telah masuk di zona baru yaitu ASN Kementerian Agama, maka kebiasaan yang telah dilakukan di zona terdahulu yang kurang baik jangan dilakukan kembali,” kata Solikhin.
Dia juga mengatakan bahwa orientasi kali ini lebih pendek dari kegiatan sejenis dimasa lalu, namun esensinya masih sama yaitu berorientasi pada etika dan moral seorang ASN.
Sementara itu Kakankemenag Kab.Batang, Akhmad Farkhan dalam sambutan pembukaannya mengajak pada PPPK untuk bersama-sama membaca mukadimah.
“Sebagai ASN Kemenag harus bisa membaca mukadimah dengan baik maka saya mengajak bersama-sama,” kata Akhmad Farkhan.
Dia juga menegaskan bila ingin memasukkan ilmu, maka harus mengosongkan dulu pikiran dan hati, meski telah memahami semuanya. Menurutnya ini adalah salah satu kunci penting agar dapat menerima semua ilmu yang disampikan oleh para WI.
Farkan berpesan empat hal pada PPPK yang mengikuti kegiatan itu yaitu produktifitas, bahagiaan, optimisme dan progres. Menurut Farkhan Produktif yang dimaksud adalah setiap hari harus menghasilkan produk untuk negara. Selama bekerja baik di kantor maupun di madrasah harus benar-benar disipkan apa yang akan dikerjakan ditulis dan apa yang ditulis dikerjakan.
“Produktif itu bukan hanya berangkat jam 07.30 dan pulang jam 16.00, semua orang bisa melakukan. Selain itu kita harus bahagia, semua permasalahan dirumah jangan dibawa ketempat kerja. Kalau guru memperlihatkan aura api yang ditunjukkan pada siswanya, maka dipastikan pembelajarannya akan menghasilkan nilai-nilai syitoniyah dan berbahaya bagi perkembangan anak,” tegasnya. (Zy/bel)