Bekal ESQ Untuk Membina Hubungan Harmonisasi Pasutri

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Rabu (6/4/2022) Muhammad Azmi Ahsan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Mijen sesuai jadual pada sessi pertemuan ketiga kembali mengulas norma keluarga ideal ala Syaikh Nawawi Al bantani dalam Kitab uqudullujain  di Mushalla Al Ikhlas Kementerian Agama (Kemenag) Kota Semarang.

Tausiyah ini ia sampaikan kepada jamaah selepas shalat zuhur berjamaah di lingkungan Kemenag Kota Semarang.

Pemaparan kali ini merupakan pendalaman atas topik sehari sebelumnya tentang muasyarah bil ma’ruf (bergaul dengan pasangan dengan cara yang baik), yaitu keutamaan pemenuhan hak-hak  dan kewajiban suami istri merujuk dalil naqli.

“Merunut pemaparan Syaikh Nawawi dapat diringkas bahwa terdapat sedikitnya empat teks hadis yang menyiratkan perlunya menumbuhkan kecerdasan emosional dan spiritual dalam etika pergaulan pasangan suami istri untuk mewujudkan hubungan yang harmonis,” tuturnya.

“Pertama, integritas yang disederhanakan dengan tuntutan bersikap jujur dan selalu berkomitmen memenuhi janji,” lanjutnya.

“Hadis kedua, menceritakan tentang kesabaran sebagai ketahanan mental untuk membangun ketahanan keluarga sebagaimana dicontohkan pasangan Nabi Ayyub Alaihis Salam dan istri. Serta sifat sabar Asiyah istri Fir’aun dalam menghadapi tantangan dari internal keluarga,” sambungnya.

“Ketiga bersikap lemah lembut (samahah) dan keempat perhatian (ihtimam) kepada pasangan dan keluarga. InsyaAllah dengan mengamalkan sikap positif tersebut secara seimbang oleh pasutri akan terjalin hubungan yang berbuah samara,” terang azmi.

Pada waktu dan tempat yang berbeda, Kepala Seksi (Kasi) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam memberikan arahan agar kajian kitab klasik yang biasa diajarkan di  dunia pendidikan pesantren tersebut, disampaikan dengan kemasan yang berbeda sehingga menarik dan mudah diterima oleh jamaah. “Dalam penyampaian dibuat sederhana tidak njlimet terpaku pada tata gramatika utawi iki iku’sebagaimana pembacaan teks kitab kuning di Pesantren. Kajian disampaikan dengan rileks dan mudah dicerna serta dipahami segenap yang hadir,” pesannya.(Azmi/Dintha/NBA/bd)