Bertugas Sebagai Pembaca Doa Upacara 17 Agustus, Panut Kenakan Baju Adat Kalimantan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonosobo – Kakankemenag Kab. Wonosobo, Panut, mengenakan pakaian adat Kalimantan saat menjadi petugas doa upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia (RI), di alun-alun Kabupaten Wonosobo, Kamis, (17/08).

Panut memakai baju model adat Dayak warna coklat, lengkap dengan ikat kepala menyerupai mahkota bulu berwara hitam dan putih. “Sesui juknis bahwa upacara mengenakan pakaian adat, jadi yang saya pakai ini adalah pakaian adat Kalimantan,” kata Panut.

Panut mengatakan dirinya telah merencanakan mengenakan paikan adat ini saat menjadi petugas Doa meski beberapa jam sebelumnya ia sempat mengenakan pakaian adat Jawa. “Harus ganti baju 2 kali karena beberapa jam sebelumnya saya harus menjadi inspektur upacara di MAN 1 Wonosobo dan saya memakai baju adat Jawa yaitu beskap yang biasanya digunakan saat pisowanan ageng hari jadi,” tandasnya.

Baju adat yang dikenakan Panut mirio dengan baju Sapei Sapaq yang dikenakan kaum pria asal Kalimantan yang modelnya serupa dengan baju Ta’a yaitu berbentuk rompi.

Umumnya pada masa lalu untuk pakaian bawah Sapei Sapaq berupa celana dalam atau cawat berwarna hitam yang disebut avet atau abet kabog dan dibalut dengan mengenakan kain berukuran panjang menyerupai selendang yang dikenakan menjuntai menutupi bagian muka dan belakang dengan kain yang dikenal dengan nama Tabit yang juga berfungsi sebagai alas saat duduk agar tidak mengotori cawat.

Namun dalam mengenakan pakaian adat ini, Panut merangkapi celana dalam dengan celana berukuran panjang dan dibalut dengan kain berukuran panjang,

“Dari sejarahnya sebetulnya dulu pakai celana dalam dan kain selendang, tapi seiring waktu, model pakaian bawah seperti ini diganti dengan celana berpotongan pendek. Karena suhu Wonosobo dingin jadi saya pakai celana panjang untuk bagian dalam dan baru dililit menggunakan selendang,” jelas Panut.

Untuk atasan, Panut, juga tidak semata menggunakan rompi saja, tapi ia lapisi dengan menggunakan manset/kaos panjang berwarna coklat kulit. “Atasan pakai kaos panjang biar tidak dingin,” tandasnya.

Selain pihaknya yang memakai baju adat, seluruh jajaran forkopimda, OPD, dan Instansi Vertikal maupun peserta upacara juga dibalut dengan pakaian adat yang berbeda-beda.

Dalam hal ini Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, terlihat gagah dengan balutan baju adat Jawa yaitu beskap bermotif bunga, lengkap dengan jarit berwarna coklat dan blangkon.(Ps-ws/Sua)