Surakarta – “Budaya kerja itu bukan cita-cita Kementerian Agama, tetapi, sesuatu yang sudah ada di Kementerian Agama. Jadi budaya kerja menjadi identitas orang di Kementerian Agama. Apakah ia PNS Maupun Non PNS.Maka disebut sebagai budaya kerja,” kata Musta’in Ahmad, Kepala Kantor Kementerian Agma Kota Surakarata, pada acara Pembinaan Kinerja KUA yang diikuti 5 Kepala KUA yang ada di Kota Surakarta beserta pegawai, para penghulu, dan penyuluh non PNS, di Aula Kantor, Selasa (22/01).
Untuk mencapai itu, lanjut Musta’in, diperlukan penguatan budaya kerja itu sendiri, yang salah satu bentuk dari penguatan budaya kerja itu muncul didalam sikap kinerja.
“Jadi bukan soal dihafalkan lima (budaya kerja Kemenag) itu, tapi bagaimana dalam pelaksanaannya,” imbuh Kepala Kantor yang menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di Madrasah.
Oleh karena itu, terkadang Musta’in menyinggung antara lain bagaimana seorang aparatur Kementerian Agama, apakah itu PNS atau Non PNS memahamai tentang fatsun birokrasi.Hal ini, menurut mantan Ketua Senat UNS itu, ada kaitannya dengan jenjang birokrasi. Padahal setiap jenjang itu ada kewenangan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dia mencontohkan, Kemenag Surakarta menjadi wewenangnya untuk mengatur. Tapi, Kemenag Surakarta akan diatur juga oleh Kanwil, Kakanwil, dan terakhir diatur oleh pusat.
“(Jadi) Kepala Kantor itu menyesuaikan kebijakan Kanwil (dan pegawai itu) menyesuaikan apa-apa yang telah diambil oleh kepala kantor,” bebernya.
Sehingga, katanya, disatu sisi kepala kantor itu didalam budaya kerja memberikan keteladanan dan disisi lain anak buah itu, termasuk yang senior tinggal mengikuti saja.
Pendek kata, menurut Musta’in, bahwa budaya kerja yang terus kita perkuat di Kementerian agama adalah upaya untuk menjaga soliditas Kemenag itu sendiri. Karena, dengan kementerian agama yang solid, maka budaya kerja ini akan membuahkan kinerja yang lebih baik.
Pada pembinaan tersebut, Musta’in mengutarakan gagasannya untuk membentuk Forum Gerak Buka (Forum Penggerak Budaya Kerja). Forum ini, menurut Musta’in, dikhususkan bagi para penyuluh non PNS di Surakarta, terdiri dari beberapa orang yang bisa jadi virus bagi rekan-rekan lainnya untuk menggerakkan budaya kerja. Kepala Kemenag berharap, dalam waktu minimal tiga bulan, sampai dengan satu tahun kedepan ada orang-orang yang terus berkomunikasi secara intens, sehingga penyuluh Agama Non PNS Kota Surakarta bisa jadi contoh penyuluh yang lain.
“Ayo, jangan malas. Kita mesti profesional. Ayo, jangan semaunya sendiri (dan) kita harus kasih keteladanan,” ajaknya penuh dengan keyakinan. (abdus_rma/gt)