Banjarnegara – Tiga tim riset MTs N 1 Banjarnegara (Madtsansa) berhasil meraih medai perak pada ajag internasional. Ajang internasional tersebut adalah ISIF (International Science and Invention Fair). Salah satu penelitian yang dilombakan dari tim riset MTs Negeri 1 Banjarnegara adalah Smart Gardening System by Android (SMAGASA).
Pada Jumat, (5/11) tim jurnalistik mendengarkan penjelasan dari salah satu pembimbing riset MTs Negeri 1 Banjarnegara, Tri Widayati di laboraturium IPA. Tri Widayati menjelaskan bahwa SMAGASA ini merupakan alat penyiraman tanaman otomatis yang dibuat dengan sensor suhu dan kelembapan tanah.
“SMAGASA ini merupakan alat penyiaraman tanaman otomatis yang dibuat menggunakan sensor suhu dan kelembapan tanah. Kami bekerja sama dengan tim dari SMK Negeri 1 Bawang dalam pembuatan alatnya, karena membutuhkan coding dalam mengatur alatnya,” jelas Tri Widayati.
Dua siswa bimbingan Tri Widayati yaitu Vanina dan Jasmin berlatih membuat alat kurang lebih satu bulan lamanya. Pembuatan alat ini membutuhkan ketelatenan dan ketelitian. Salah satu huruf saja dalam coding bisa menyebabkan alat tidak berjalan dengan semestinya. Tidak hanya menyiapkan alatnya saja, Vanina dan Jasmin juga menyusun proposal penelitian untuk diunggah sebagai persyaratan lomba.
“Kami harus pintar membagi waktu. Membagi antara membuat proposal dan alat SMAGASA ini. Jadi jika kami sedang tidak latihan membuat alat, kami memanfaatkan waktu untuk membuat proposal. Ternyata membuat proposal tidak kalah susahnya dengan membuat alatnya, harus mencari referensi di mana-mana,” tutur Vanina.
Kepala MTs Negeri 1 Banjarnegara menyampaikan bahwa dengan siswa berlatih penelitian ini, mereka akan menemukan hal-hal baru yang diharapkan bisa bermanfaat di masyarakat.
“Baik tim riset maupun kelas riset, mereka pasti akan menemukan hal-hal baru yang bermanfaat dalam masyarakat. Seperti alat SMAGASA ini contohnya. Alat penyiraman tanaman otomatis ini jelas bermanfaat di masyarakat karena bisa membantu para petani, atau ibu-ibu yang menyukai tanaman bunga tetapi tidak sempat menyiram setiap hari,” tuturnya.
Seperti yang dikatakan oleh Eko Widodo, alat SMAGASA ini dapat dimanfaatkan oleh para petani dan orang-orang yang menyukai tanaman, namun mereka sibuk dengan pekerjaan lain. Alat SMAGASA ini bisa memantau kelembapan tanah dari jakrak jauh, dan bisa dikontrol langsung dengan gawai yang sudah erintegrasi dengan SMAGASA.
SMAGASA ini diatur supaya bisa menyiramkan air pada tanaman apabila terdeteksi tanahnya kering. Apabila tanah sudah basah dan cukup untuk pertumbuhan tanaman, alat SMAGASA akan otomatis berhenti. Alat ini diharapkan tidak hanya diterapkan di sekolah saja, melainkan di masyarakat umum. (Rin/ak/rf)