DWP Kemenag Miliki Peran Strategis sebagai Agen Moderasi Beragama

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang, Senin (10/10/2022) Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Agama (Kemenag) Kota Semarang mengikuti pengajian nasional Maulid Nabi yang digelar oleh DWP Kemenag RI.

Ibu Dwi Yuliarti Mukhlis Abdillah selaku Ketua DWP Kemenag Kota Semarang bersama jajarannya mengikuti pengajian dimaksud secara daring dari ruang rapat Kankemenag Kota Semarang. Selain itu, turut bergabung DWP MAN 2 Kota Semarang sebanyak 3 orang.

Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 WIB.

Ibu Farikhah Nizar Ali selaku Ketua DWP Kemenag RI, dalam laporannya menyampaikan, pengajian kali ini mengusung tema Terkesima (Terobosan Kebijakan Moderasi Beragama) dan menghadirkan H. Imam Safei selaku narasumber. “DWP Kemenag RI memperingati Maulid Nabi, dengan mengusung tema Terkesima, Terobosan Kebijakan Moderasi Beragama, dengan tujuan ikut mensukseskan salah satu program prioritas Kemenag yaitu, Program Moderasi Beragama. Dengan moderasi beragama, diharapkan dapat mencegah dan membendung radikalisme,” terangnya.

Selain itu, ia juga mengapresiasi kepada peserta kegiatan. “Kegiatan ini diikuti oleh 960 peserta, baik yang mengikuti melalui zoom meeting maupun live youtube DWP Kemenag RI. Terima kasih atas partisipasinya,” tuturnya.

Mempertegas apa yang telah disampaikan Ketua DWP Kemenag RI, H. Imam Safei menekankan peran penting DWP dalam mengembangkan semangat toleransi. “Semangat toleransi harus selalu ditanamkan oleh DWP Kemenag. Anggotanya yang banyak, tentunya memiliki peran strategis untuk bisa menjadi sasaran Program Moderasi Beragama,” ungkapnya.

“DWP Kemenag diharapkan bisa menularkan semangat moderasi beragama kepada yang lain, jangan ada konflik di antara kita,” imbuhnya.

Dalam kegiatan tersebut, hadir pula Penasihat DWP Kemenag RI, Ibu Eny Yaqut Kholil Qoumas, yang dalam sambutannya menyampaikan, DWP sebagai istri PNS Kemenag diharapkan pula menjadi agen moderasi beragama, bisa menjadi contoh bagaimana mewujudkan perdamaian dan kenyamanan, bisa bersilaturahmi dengan siapa saja meskipun memiliki latar belakang agama yang berbeda. “Silaturahmi tidak ada hubungan dengan keimanan seseorang. Dengan memanusiakan manusia, saling memberikan kebaikan sebagai sesama makhluk Tuhan, merupakan salah satu effort kita untuk merealisasikan moderasi beragama,” tandasnya.

“Moderasi beragama tidak hanya dijalankan sebagai program kerja, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, diawali dengan membangun karakter dari diri sendiri, anak-anak kita, kemudian masyarakat lingkungan sekitar,” sambungnya.

“Mari kita mengedukasi anak-anak kita untuk saling menghormati dengan siapa pun, seperti tidak pilih-pilih agama dalam berteman,” pesannya.

Kegiatan pun diakhiri dengan menyerukan yel-yel Moderasi Beragama secara bersama-sama. “Moderasi Beragama….rukun, damai, toleransi….yes…yes…yes…,” seru seluruh peserta secara bersamaan.(Hanum/NBA/bd)