Temanggung – Pengurus Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Agama Kabupaten Temanggung mengikuti peringatan Nuzulul Quran secara virtual yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Kementerian Agama RI. Kegiatan ini diisi dengan khataman Al-Quran bersama dan ceramah Agama. Kegiatan ini dilaksanakan di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Jakarta, Selasa (11/4).
Dalam laporannya, Ketua DWP Kemenag RI Farikhah Nizar Ali menjelaskan bahwa peringatan Nuzulul Quran ini merupakan rangkaian giat Gebyar Ramadan yang di Gelar DWP Kemenag di Bulan Suci ini. Kegiatan ini juga dihadiri oleh seluruh DWP Kanwil Kemenag se Indonesia, DWP Kemenag Kabupaten Kota, UPT Asrama Haji, DWP Balai Diklat Keagamaan dan Balai Litbang Agama,DWP Unsur Pelaksana dan DWP PTKN se Indonesia.
Tak hanya peringatan Nuzulul Quran, beberapa kegiatan juga sudah dilaksanakan seperti pemberian nasi kotak kepada masyarakat sekitar Kemenag. Hingga saat ini total 4.833 nasi kotak sudah dibagikan. Selain itu, DWP Kemenag juga menggelar santunan anak yatim dan duafa, serta pembagian 2.417 paket sembako kepada yang membutuhkan.
Sementara Penasehat DWP Kemenag, Eny Retno Yaqut dalam pembukaannya menyampaikan tema yang diangkat dalam peringatan kali ini adalah “Ilmu adalah Cahaya”. Momentum turunnya Al-Qur’an sekaligus menjadi masa diturunkannya ilmu pengetahuan kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurutnya ini menjadi isyarat bagi umat Muhammad untuk terus melek terhadap informasi. Momen tersebut menjadi momen penting bagi sejarah peradaban Islam. Iqra atau yang berarti bacalah ini memiliki kandungan pesan yang sangat kuat tentang pentingnya membangun peradaban yang harus dimulai dengan membaca.
Ia juga melanjutkan bahwa “ pesan Al-Quran agar membaca tidak semata-mata pada objek luasnya ketersediaan teks yang dituangkan dalam kitab suci dan buku-buku saja. tetapi juga merupakan pesan kepada kita untuk mengoptimalkan kemampuan akal pikiran agar mampu menjadi seorang pembelajar dalam semua sendi kehidupan.”
Kemampuan membaca ini amat penting dimiliki agar kita dapat memilah informasi yang tepat. Terlebih, saat ini media sosial kita dipenuhi dengan ribuan informasi. Pemilahan informasi yang tepat, akan membawa banyak manfaat bagi kehidupan.
“Pembelajaran adalah yang mampu membaca fenomena untuk kemudian dianalisis dan diimplementasikan di dalam kehidupan nyata, sehingga bisa berguna bagi sekitar,” ungkapnya.
Senada dengan Eny, Ketua Lazis NU Habib Ali bin Hasan Al Bahar, dalam tausiyahnya menjelaskan bahwa saat kita ingin memahami Al-Quran, kita tak hanya perlu memahami teksnya saja, namun juga harus bersambung dengan konteks kenapa Al-Quran itu diturunkan.
“Masih banyak dari umat yang mengamalkan Al-Quran terlalu tekstual. Bahkan, mohon maaf banyak yang mendapatkan ilmu agama hanya mendapatkannya dari media sosial, mereka tidak mendapat bimbingan, sehingga keluar dari konteks yang seharusnya,” jelasnya.
Habib Ali pun berpesan agar tiap muslim bisa mempelajari Al-Quran dengan baik, dengan seksama. Dan yang paling penting perlu ada yang membimbing, sehingga tidak salah memahami konteks dalam mengamalkannya.(sr/rf)