Cilacap – Salah satu efek negatif yang timbul akibat derasnya perkembangan teknologi informasi adalah penyebaran berita hoax alias berita bohong. Hoax merupakan bagian dari fitnah dan fitnah lebih kejam dari membunuh. Jika tidak ditangkal, maka hoax akan sangat berbahaya bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara bahkan dunia hingga agama.
Untuk menangkal berita hoax tidaklah mudah. Selain memerlukan kerja sama dan koordinasi yang kuat seluruh elemen masyarakat dan pemerintah, juga membutuhkan waktu. Salah satu bagian penting dari elemen tersebut adalah penyuluh agama Islam. Karena tugas dan fungsinya yang sangat strategis, penyuluh agama Islam harus selalu meningkatkan kompetensinya.
Hal tersebut ditegaskan Kakanwil Kemenag Prov Jateng, Farhani, Senin (10/12) pada acara Menyapa Penyuluh di Aula Kankemenag Kab Cilacap.
Dikatakan lebih lanjut, sebelum merebaknya penggunaan media sosial akibat perkembangan teknologi informasi, agama Islam sudah jauh terlebih dahulu menerangkan kecanggihan teknologi. Al Qur’an menjelaskan berbagai kendali jagat raya seisinya. Al Qur’an menjelaskan berbagai penciptaan, pencatatan hingga perhitungan data informasi yang selalu on line dan sangat cepat serta akurat.
“Salah satu cara yang wajib ditempuh untuk dapat menangkal hoax adalah dengan meng up date litarasi. Dengan membaca, maka penyuluh agama Islam akan mampu mengetahui perkembangan zaman. Saking pentingnya, membaca dikatakan sebagai jendela dunia. Dengan membaca, maka kemampuan penyuluh akan selalu mampu menyesuaikan dengan permasalahan yang berkembang, termasuk menangkal bahaya hoax,”Katanya.
Menurutnya, hoax merupakan bagian dari bahaya fitnah di akhir zaman. Karenanya, hoax tidak boleh dibiarkan menyebar. Pemerintah melalui aparat keamanan bertugas mengatasi mereka yang telah membuat dan menyebarkan hoax. Adapun tugas penyuluh adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat akan bahayanya membuat dan menyebarkan hoax. Dengan langkah prefentif melalui penyuluh diharapkan masyarakat akan melek bahaya hoax.
“Pemahaman masyarakat tentang penggunaan media sosial masih sangat rendah. Hal ini tidak seimbang dengan frekuensi penggunaannya yang sangat tinggi. Sehingga untuk mendewasakan, mereka harus diberi pengertian yang cukup. Hal inilah yang menjadi tugas penyuluh. Dengan bahasa agama, masyarakat akan lebih mudah diberikan pemahaman. Sehingga kedepan berita hoax dapat diminimalisir atau bahkan di stop, “pungkasnya.(On/bd)