GPAI Diimbau Menjadi Teladan Insan Moderat

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang, Mukhlis Abdillah Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kota Semarang, Rabu (7/9/2022) memberikan pembinaan pada kegiatan pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG) Pendidikan Agama Islam (PAI) Kota Semarang yang diselenggarakan di SDN Rejosari 01.

Dalam pembinaanya, Mukhlis Abdillah mengimbau Lomba Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Seni Islami (MAPSI) sebagai ajang untuk dapat menanamkan nilai-nilai agama Islam pada peserta didik. “Kegiatan lomba MAPSI dapat menyeimbangkan antara pengetahuan dan seni islami. Lomba MAPSI diharapkan meningkatkan pemahaman dan amaliyah yang moderat sehingga

dapat menjadikan baldatun tayyibatun warabbun gafur,” tuturnya.

Selain itu, ia mengimbau kepada guru agar mengawal peserta didiknya dalam memahami agama, karena menurutnya, kajian agama saat ini sangat mudah diakses melalui internet. “Dengan kecanggihan teknologi infomasi, hanya dengan berbekal hp anak-anak bisa dengan mudah mengakses informasi apapun termasuk pengetahuan agama. Jika kita tidak membekali mereka dengan pengetahuan yang benar, maka anak-anak ini bisa terjerumus dalam radikalisme atau ekstrimisme. Mereka harus selalu diberikan pengarahan agar diperoleh pemahaman agama yang wasatiyah/moderat,” ujarnya.

“ASN (Aparatur Sipil Negara) harus memiliki pemahaman agama yang moderat,” sambungnya.

“Agama itu semestinya membawa kebahagiaan bukan permusuhan. Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW sangat humanis, bersatu dengan umat lain. Sekolah seharusnya merupakan tempat penyebaran pemahaman Islam rahmatan lil’alamin. PAI di sekolah yang difasilitasi oleh pemerintah jangan sampai malah memusuhi pemerintah dengan mengajarkan paham radikal. Jika hal ini terjadi, maka sungguh ironis,” ungkapnya.

Ia berharap, agama tidak hanya menjadi identitas tetapi harus dapat menginspirasi hidup dan

kehidupan yang baik, aman, sejahtera. “Agama jangan hanya identitas tapi harus tertanam nilai-nilainya. Islam jangan dibenturkan dengan hal-hal konyol yang menyesatkan. Kita mengikuti guru-guru yang sanadnya bersambung sampai Rasulullah Muhammad SAW. Pemahaman agama jangan hanya tekstual tapi harus kontekstual sebagaimana yang dilakukan oleh para imam madzhab,” imbaunya.

“Pendangkalan pemahaman dan pragmatisme beragama menyebabkan radikalisme. Sebagai umat Islam, kita harus bersatu dan kompak, jangan memperbesar perbedaan karena perbedaan itu sunnatullah,” tandasnya.

Pada kesempatan tersebut, ia menuturkan jika Kemenag mengajak untuk mengambangkan pemahaman Islam moderat. “GPAI selayaknyalah menjadi teladan dalam menanamkan pemahaman agama yang moderat,” imbuhnya.

Ia mengingatkan pula bahwa pendidikan agama menjadi tanggung jawab bersama seluruh umat Islam.(Wakidi/NBA/vd)