Purbalingga – Salah satu syarat kenaikan pangkat/golongan bagi guru PNS adalah publikasi karya ilmiah atau karya inovasi. Menulis buku di bidang pendidikan yang dicetak oleh penerbit dan ber-ISBN memiliki angka kredit bernilai 3. Padahal unsur publikasi karya ilmiah atau karya inovasi untuk syarat kenaikan pangkat/golongan bagi guru target minimal nilai angka kredit yang diperolehnya 6. Hal tersebut berarti seorang guru harus membuat publikasi karya ilmiah atau karya inovasi antara 1 sampai 2 buah tiap tahunnya. Hal tersebut disampaikan Kepala Seksi Pendidikan Madrasah, Sudiono dalam komunikasinya kepada Humas Kankemenag Kabupaten Purbalingga, Senin (11/2/2019).
Ia berharap, guru madrasah di jajarannya semakin bersemangat mengasah potensi diri mereka dengan menulis. “Menulis buku berarti mengembangkan kompetensi. Saya merasa sangat bersyukur atas karya-karya yang telah dibuat para guru di madrasah. Dan apa yang kita tulis adalah apa yang harus kita kerjakan,” ungkapnya.
Salah satu penulis buku, Aris Pujianto menjelaskan, ia dan beberapa penulis lainnya mengasah kemampuan menulis mereka dalam program Sagu Sabu.
“Buku-buku perdana karya guru tersebut merupakan hasil nyata pelatihan Satu Guru Satu Buku ( Sagu Sabu) yang diselenggarakan 7 – 8 September 2018 lalu. Kegiatan pelatihan tersebut diselenggarakan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Purbalingga. Ketiga penulis memilih untuk menulis memoar, yakni penggalan kisah hidup seseorang yang layak diceritakan,” jelasnya.
Setelah 5 buku karya guru madrasah di-launching di Pendopo Dipokusumo Purbalingga 1 Oktober 2018 lalu, awal tahun 2019 menyusul 4 buku karya guru madrasah diterbitkan.
Resensi
Bahu Pengantar Sang Hafiz karya Aris Pujianto (Kepala MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga), menceriterakan bagaimana syahdunya ia mengantarkan putri tercintanya, Fathin untuk menjadi Hafizah. Sebuah tulisan yang menginspirasi para orang tua untuk mewujudkan mimpi putra-putrinya menjadi seorang Hafiz/Hafizah.
Mengarungi Samudera Mimpi karya Metros Prihatin (Guru MI Al Islam Majasem – Kemangkon) menceriterakan perjalanan hidupnya sebagai seorang anak sulung perempuan yang terobsesi menjadi sosok panutan dan teladan bagi adik-adiknya. Kisah perjalanan hidupnya yang panjang, penuh kesan dan pesan bermakna yang sangat menarik untuk dibaca.
41 Hari Bersama Suami dan Bundaku di Rumah-Mu karya Siti Nur Laely (Kepala MIM Penaruban – Kaligondang) menceriterakan momentum ibadah hajinya ke Baitullah bersama Sang Suami dan Ibundanya yang membuat para pembaca merinding dan semakin merindu untuk segera menaklukan Haramain.
Cerita Bocah Klawing, karya Siti Nur Laely menggambarkan berbagai cerita kehidupan yang terjadi di madrasahnya. Sebuah kisah yang terlahir dari ide cerdas, kreatif dan inovatif yang mengantarkan madrasahnya sebagai madrasah yang ramah, yang dirindukan peserta didiknya serta madrasah yang dicari dan dicintai masyarakat. (sri_sar/bd)