Rembang – Pengasuh Ponpes An-Nur, Lasem Rembang, KH Abdul Qoyyum Manshur menyampaikan beberapa pesan untuk ulama di Rembang. Hal ini disampaikan oleh Gus Qoyyum dalam acara Halal Bihalal & Rapat Paripurna di Pendopo Museum Kartini, Rabu 6/7/2022.
Gus Qoyyum menyampaikan pentingnya peran ulama dalam kehidupan atau alam semesta ini. Ulama harus menjadi rahmat bagi alam semesta. Di Rembang ini banyak ulama. Itu tanda-tandanya mempunyai manfaat besar bagi alam.
“Dalam Alquran lafaz ulama disebut dua kali, sedangkan lafaz alaamin (alam semesta) disebut 73X. Ini bermakna, bahwa ulama yang bisa memberi petunjuk untuk kemaslahatan umat atau alam semesta, karena ulama lah yang disebut alquran memliki rasa takut kepada Allah,” imbauannya sambil membaca Ayat :
انما يخشى الله من عباده العلماء.
Gus Qoyyum berpesan, ulama harus bisa menjaga marwahnya. Tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu di dunia maya. “Ulama itu harus bisa menjaga wibawanya. Jangan gampang ikut-ikutan berkomentar di media social. Apalagi dengan Bahasa netizen yang cenderung tidak santun. Kalau ingin menanggapi, tanggapilah dengan ilmu agar wibawa tetap terjaga,” tegas Gus Qoyyum
Ketiga, kemenakan dari KH Sahal Mahfudz ini meminta ulama untuk turut serta mempermudah pelayanan kepada public. “Ulama juga punya kewajiban untuk mengimbau pemerintah mempermudah pelayanan kepada masyarakat,” tuturnya.
Keempat, Gus Qoyyum berpesan agar ulama tidak ikut-ikutan rebut soal krisis ekonomi, seperti halnya kenaikan harga sembako. Diceritakan Gus Qoyyum, Nabi Muhhamad tidak pernah mengintervensi harga makanan pokok. Sebab, harga bahan pangan yang tinggi akan menguntungkan petani namun menyusahkan rakyat, demikian pula sebaliknya.
“Jadi untuk ketentuan harga bahan pangan itu memang pada praktiknya ada kejahatan sosial. Namun semua terjadi atas takdir Allah. Contohnya jika harga mahal, maka yang untung petani, tapi yang susah konsumen. Begitu juga sebaliknya. Maka dari itu, ulama, ustaz dan lainnya saya harap tidak perlu ikut-ikut bab harga sembako,” kata Gus Qoyyum.
Terakhir, Gus Qoyyum berpesan agar ulama tetap berpegang teguh pada akidah untuk memberikan teladan kepada masyarakat. Dikisahkan, ada seorang raja yang memaksa ulama memakan daging babi. Kalau tidak, maka ulama tersebut akan dihukum mati.Walaupun atas rekayasa seorang polisi yang akan dimakan sebenarnya adalah daging kambing, namun ulama tersebut memilih tidak memakan daging yang sebenarnya daging kambing dan memilih dihukum mati oleh raja.
“Ulama itu berpendapat, kalua ia memakan daging yang sebenarnya daging kambing tersebut, makai a akan memberikan hukum syariat kepada masyarakat bahwa memakan daging babi adalah halal. Maka ulama tersebut lebih memilih mati mempertahankan akidahnya,” tegas Gus Qoyyum. – Gusman/iq/rf