Ibadah Haji momentum peningkatan ibadah sosial

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang — Kepulangan jamaah haji Rembang dalam kondisi selamat dari musibah crane di masjidil haram dan peristiwa Mina, patut disyukuri. Salah satu bentuk syukur tersebut adalah dengan meningkatkan amal ibadah baik secara vertikal dalam kehidupan sehari-hari maupun horisontal dalam kehidupan bermasyarakat.

Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Atho’illah dalam acara Tasyakuran dan Silaturahim pasca haji jamaah haji Kabupaten Rembang di pendopo Museum Kartini Rembang, Selasa (20/10).

“Selamatnya jemaah haji dari musibah di haramain wajib kita syukuri. Kita pahami bahwa musibah tersebut merupakan ujian dari penyelenggaraan haji yang sudah diusahakan semaksimal mungkin. Namun dari waktu ke waktu masalah selalu datang silih berganti, dan itu sangat tidak diinginkan,” ujar Atho’illah.

Sekembalinya ke tanah air, jemaah haji diminta untuk semakin peka terhadap lingkungan sekitar sebagai upaya mengimplementasikan kemabrurannya. Mabrur bukan berarti semakin khusyu; beribadah kepada Allah SWT. “Namun kemabruran kita harus dimanifestasikan dalam hablul minan nas, kepedulian kita terhadap sesama manusia yang membutuhkan perhatian kita,” lanjutnya.

Sementara Wakil Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Kabupaten Rembang, Zainuddin Ja’far menambahkan, mempertahankan kemabruran tidak sekadar menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, namun bagaimana perbuatan baik itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Sebagai contoh selalu sholat berjamaah di masjid atau musholla layaknya sholat di masjidil haram, menangis di malam tahajjud layaknya kita menangis waktu berdoa di Roudloh, dan memenuhi shaf-shaf masjid dan musholla sebagaimana jemaah haji berdesak-desakan di sekeliling ka’bah untuk berthawaf. “Inilah yang disebut haji sepanjang hayat, yaitu melaksanakan amalan-amalan ibadah haji di tanah air ini dalam kehidupan sehari-hari selama sisa hidup kita,” jelas Zainuddin. Sementara bertindak sebagai pengisi tausiyah yaitu KH Zainuri Ahmad dari Kudus. Menguatkan Zainuddin, beliau menjelaskan tentang keutamaan orang yang selalu menjaga sholat dan wudhu. Ada tiga golongan umat yang wajahnya terang benderang ketika di akhirat nanti. Pertama yaitu ketika mendengar adzan, orang tersebut cepat-cepat mengambil air wudlu. Wajahnya bercahaya bak bintang yang bersinar. Kedua, orang yang mengambil wudhu sebelum adzan berkumandang. Meskipun hukumnya sunnah, namun wudhu sebelum adzan adalah lebih baik dari wajibnya seseorang yang mengambil wudhu setelah adzan. Wajah orang ini bak terangnya bulan purnama.

“Ketiga yaitu menjelang adzan berkumandang, orang tesebut sudah siap untuk sholat dengan mukenanya sambil berdzikir di masjid/musholla,” sambungnya.

Sementara kaitan dengan berbuat baik kepada sesama, hal ini bisa diterapkan dengan menghindari sifat ghibah dan banyak bersedekah kepada masyarakat yang membutuhkan. “Sebab tanpa disadari, meskipun kita telah berhaji dan banyak berbuat amal baik, namun ghibah dan keinginan yang kurang untuk bersedekah masih melekat di sikap keseharian kita,” pungkasnya.–Shofatus Shodiqoh