Ikuti Workshop, Dua Guru PJOK MTs Negeri 1 Banjarnegara Siap Menyongsong Paradigma Kurikulum Baru

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Banjarnegara–Kurikulum 2022 akan ditetapkan mulai tahun 2022 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya serta sebagai pendukung program pemulihan pembelajaran menanggapi terjadinya loss learning di Indonesia.

Kurikulum 2022 atau kurikulum prototipe ini akan diberlakukan secara bertahap dan terbatas melalui beberapa program sekolah penggerak dengan sekolah-sekolah tertentu dan dijadikan opsi bagi sekolah yang nantinya akan diterapkan di seluruh satuan pendidikan di Indonesia.

Menyongsong akan diberlakukannya kurikulum baru tersebut disambut dengan sigap oleh MGMP PJOK Kabupaten Banjarnegara dengan menyelenggarakan Workshop Peningkatan Kompetensi Guru PJOK pada Sabtu (19/2).

Bertempat di Sasana Bhakti Praja Gedung Setda Kabupaten Banjarnegara, workshop diikuti oleh seluruh guru PJOK MTs/SMP Se-kabupaten Banjarnegara termasuk dua guru PJOK MTs Negeri 1 Banjarnegara: Nurwachidin Supriyatno dan Radiono.

Menurut Nurwachidin, kegiatan workshop ini sangat bermanfaat mengingat di era serba cepat ini segala bentuk perubahan harus disikapi dengan bijaksana bukan dengan emosi.

“Apapun kebijakan pemerintah, mari kita hadapi dengan optimisme. Termasuk perubahan kurikulum ini,” ungkapnya seusai workshop.

Menghadirkan pemateri dosen dari UNNES, workshop Peningkatan Kompetensi Guru PJOK ini mengupas karakteristik kurikulum 2022. Kurikulum prototipe ini menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila.

Dalam kurikulum prototipe, sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah.

Pembelajaran berbasis proyek dianggap penting untuk pengembangan karakter siswa karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning).


Radiono mengakui di awal sosialisasi kurikulum prototipe ini memang akan terasa berat karena guru harus kembali belajar dan menyesuaikan. Namun menurutnya, guru sebagai pembelajar tidak akan kehilangan cara untuk dapat cepat mengikuti perubahan demi mencerdaskan anak bangsa.

“Setiap guru termasuk guru PJOK harus dapat memahami karakteristik masing-masing peserta  didik dengan tidak membeda-bedakan satu sama lain,” pungkasnya. (lin/rf)