Humas (Surakarta) –Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Prov. Jateng, Wahid Arbani memberikan pembinaan kepada Umat Khonghucu di Litang Surakarta yang tempatnya menyatu dengan TK-SD Tripusaka Surakarta, Jumat (4/3). Tampak hadir dalam pembinaan Subkoordinator Bagian Ortala dan Kerukunan Umat Beragama, Nurkholis, Ketua MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) Go Boen Cin , serta para Penyuluh Agama, Guru Agama dan Rohaniwan Khonghucu.
Dalam sambutannya, Nurkholis sampaikan pentingnya komunikasi diantara Kanwil Kemenag Prov. Jateng dengan MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia) Kabupaten/Kota setempat.
“Komunikasi diantara Kanwil dengan MAKIN menjadi penting supaya silaturahmi diantara kita dapat terjalin dengan erat sehingga membuahkan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi MAKIN, salah satu contohnya yakni pembinaan pada hari ini,” tutur Nurkholis.
“Kami berharap kedepannya kita dapat terus bekerjasama memberikan pelayanan prima kepada masyarakat Jawa Tengah dan fokus menjalankan program prioritas Kementerian Agama,” imbuhnya.
Sedangkan dalam sambutanya Go Boen Cin jelaskan mengapa MAKIN Surakarta bertempat di Litang Surakarta. Li berarti belajar dan Tang berarti Aula, maka secara garis besar Litang ini berarti tempat untuk belajar.
“Besar harapan kami supaya Litang ini dapat digunakan semaksimal mungkin. Tidak hanya dijadikan tempat ibadah namun juga dapat digunakan sebagai sarana belajar keagamaan. Dimana yang belajar di komplek Litang ini pada usia TK dan SD Tripusaka yang tidak lain dan tidak bukan dari semua kalangan agama,” tutur Go Boen Cin.
Pembinaan yang diberikan oleh Kabag TU, Wahid Arbani berfokus pada realisasi 7 Program Priotitas Kementerian Agama yakni Penguatan Moderasi Beragama, Transformasi Digital, Revitalisasi KUA, Cyber Islamic University, Kemandirian Pesantren, Religiousity Index dan Tahun Toleransi.
“Dengan adanya 7 program prioritas Kementerian Agama, saya ingin umat Khonghucu di Surakarta dan Jawa Tengah juga turut mensosialisasikan Moderasi Beragama. Hal ini dimulai dari bagaimana para penyuluh dan para guru dalam memahami moderasi beragama. Dilanjutkan dengan aktif mengkampanyekan moderasi beragama di kalangan umat serta siswa di sekolah-sekolah,” tutur Wahid Arbani.
“Bapak dan Ibu sekalian, para penyuluh, guru dan rohaniwan adalah ujung tombak Kementerian Agama yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Dengan pelayanan yang prima dan ikhlas, saya yakin moderasi beragama dapat dijalankan diseluruh lapisan masyarakat tanpa memandang latarbelakang agamanya. Toleransi dalam keberagamanlah yang membuat Indonesia indah,” pungkasnya.
Pembinaan kali ini diakhiri dengan diskusi terkait pelaksanaan program MAKIN dan permasalahan dalam penyuluhan serta pelaksaan tugas guru Agama Khonghucu. Para guru Khonghucu berpesan supaya diadakan workshop dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai bentuk peningkatan Kompetensi bagi Guru Agama Khonghucu mengingat sebagian besar guru agama khonghucu yang berlatar belakang bukan seorang guru melainkan rohaniwan dan penyuluh. (ps/rf)