Kota Semarang (Humas) – Kakankemenag Kota Semarang bersama Kasubbag TU, Ketua Pokjaluh, Kepala Badan Kesbangpol Kota Semarang, dan Pengurus FKUB Kota Semarang, mengunjungi Kelenteng Suci Nurani yang merupakan kelenteng tertua di Banjarmasin Prov. Kalsel yang berlokasi di tepian Sungai Martapura, Jumat (20/9/2024).
“Kelenteng Suci Nurani sudah berusia lebih dari satu abad. Konon kelenteng ini berdiri sejak tahun 1898, dan masih berdiri kokoh. Kelenteng Suci Nurani dianggap sebagai saksi sejarah keberadaan warga Tionghoa di Banjarmasin. Saat ini, kelenteng ini menjadi salah satu bangunan cagar budaya,” terang salah satu Pengelola Kelenteng.
Ahmad Farid selaku Kakankemenag Kota Semarang mengungkapkan perasaanya ketika pertama kali sampai di Kelenteng Suci Nurani. “Saat sampai disini, rasanya bagai berkelana ke awal mula kedatangan masyarakat Tionghoa di Banjarmasin. Terbayang mereka datang karena perdagangan melalui jalur sungai. Mungkin sebab itu, makanya pemukimannya cenderung terkonsentrasi di sepanjang Sungai Martapura,” tuturnya.
Hal ini dibenarkan oleh Pengelola Kelenteng. ”Betul demikian. Seperti veteran, gedangan dan RK Ilir, menjadi komunitas Tionghoa. Dan merekalah yang kemudian mendirikan Kelenteng Suci Nurani,” ujarnya.
Sambil berkeliling, rombongongan pun mendengarkan penjelasan dari pengelola.
Kelenteng Suci Nurani sangat menarik karena pola penataan ruang, struktur bangunan dan ornamennya khas, dan keindahan arsitektur yang orisinil melekat di berbagai sudut kelenteng seakan tak lekang dimakan waktu. Arsitektur bangunan Kelenteng Suci Nurani cenderung bergaya China dan menerapkan prinsip Feng Shui. Hal ini terlihat dari berbagai sudut bangunan yang mempunyai makna-makna tertentu yang menerapkan prinsip keseimbangan dalam Feng Shui. “Layak jika Kelenteng Suci Nurani termasuk dalam salah satu bagunan cagar budaya,” ungkap Farid sembari mengagumi keindahannya.(Sy/Nba)