Kakanwil : Kalau tidak bisa berbuat terbaik saat ini, kapan lagi?

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Pekalongan – Siang ini para Kelompok Kerja Kepala Madrasah (K3MA) Pekalongan, Komite MAN 3 Pekalongan, para guru MAN Sawit Boyolali, para Kepala MA se-Kota Pekalongan dan K3MA Surakarta hadir di MAN 3 Pekalongan guna mengikuti acara penerimaan kepala madrasah baru yakni Imam Sofwan, sebelumnya menjabat sebagai Kepala MAN Sawit Boyolali, yang telah dilantik pada (7/1) menggantikan Ahmad Muzani. Hadir dalam kesempatan itu Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Ahmadi menyampaikan pembinaan, dengan didampingi oleh Kepala Bidang Pendidikan Madrasah, Jamun dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pekalongan, Imam Thobroni.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pekalongan mengatakan bahwa lembaga pendidikan Islam di Kota Pekalongan berjalan kondusif, dinamis dan bergerak maju. Bahkan Kota Pekalongan dinobatkan sebagai penggerak pendidikan Islam oleh Menteri Agama serta diraihnya berbagai prestasi dari madrasah di Kota Pekalongan, baik yang diraih oleh para guru maupun para siswanya.

Kakanwil menyampaikan bahwa pergantian kepala madrasah adalah sebuah hal yang wajar untuk sebuah perubahan. “Saya adalah salah satu orang yang tidak setuju dengan minta dukungan dalam sebuah organisasi. Saya lebih menyukai adanya sinergi yang bagus sehingga bisa produktif dan dinamis,” tandas Ahmadi. Lebih lanjut disampaikan sinergi dan kerjasama tersebut tidak hanya terbatas pada madrasah saja melainkan termasuk pula pada skala yang lebih besar, Kementerian Agama.

Berbicara tentang kemajuan madrasah Ahmadi menjelaskan bahwa kualitas jauh lebih baik dari pada kuantitas. Dengan tidak menitikberatkan pada jumlah siswa maka pengelola pendidikan madrasah akan berusaha menyusun program yang spesifik dan menarik sehingga mampu membawa madrasah lebih berkualitas dan menjadi pilihan pertama masyarakat untuk mendidik putera-putrinya.

Dalam membangun dan memasukkan madrasah, menurut Ahmadi, ada 6 pilar yang harus dijadikan pedoman. Keenam pusat tersebut adalah, Pilar keindonesiaan, pilar keislaman, pilar keilmuan, pilar kemodernan, pilar kemandirian, dan pilar keumatan. Diingatkan pula bahwa para guru harus memiliki kompetensi teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosiokultural. Ketiga kompetensi tersebut tidak boleh tidak harus dikuasai dan dikembangkan. Guru tidak hanya puas dengan pendidikan yang telah diperoleh tetapi terus berupaya untuk bisa meningkatkan tingkat pendidikannya, demikian pula kemajuan manajerialnya dan sosiokultural. Kompetensi sosiokultural ini akan semakin tinggi manakala tidak hanya berkecimpung dalam satu lokasi saja, maka berbahagialah bagi aparatur yang sering dimutasi, kata Ahmadi yang disambut dengan applaus para undangan.

Kepada kepala madrasah yang baru, diminta untuk segera tancap gas melaksanakan kegiatan sehingga tidak perlu berlama-lama menyesuaikan diri ataupun bertaaruf. Segera bangun sinergi dengan seluruh pihak untuk memajukan pendidikan di MAN 3 Pekalongan ini. “Kalau tidak bisa berbuat terbaik untuk saat ini, maka kapan lagi kita akan melakukannya?” tandasnya. (fat/gt)