Semarang – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Farhani menyampaikan, saat ini masyarakat mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap Kementerian Agama. Terkadang Kemenag tidak dapat langsung memberikan jawaban sendiri sehingga perlu menjalin hubungan dengan lintas sektoral. Hal ini dikatakan Kakanwil pada kegiatan Pembinaan ASN dan Dialog Keagamaan dengan jajaran ASN dan Penyuluh Agama nonPNS di lingkungan Kementerian Agama Kota Semarang.
“Kita perlu melakukan dialog dan sharing dengan beberapa pihak. Kemitraan dan sinergitas merupakan keniscayaan. Oleh karena itulah acara ini menjadi sangat penting,” tegas Farhani.
Kegiatan berlangsung Jum’at (28/09) di Gedung Asrama Haji Transit Manyaran Kota Semarang diikuti sekitar 200 peserta dengan menghadirkan Wakil Dewan Perwakilan Daerah RI Akhmad Muqowam, staf Ahli DPR RI Dyah Handayani Dewi dan Kakanwil Kemenag Jateng.
Dalam paparannya Kakanwil menghimbau agar wakil rakyat bisa memperjuangkan nasib penyuluh agama, mengingat penyuluh agama merupakan ujung tombak dalam pencapaian visi dan misi Kemenag. Ia prihatin masih rendahnya honor tiap bulan yang diterima oleh para penyuluh agama.
“Penyuluh agama merupakan garda terdepan Kemenag yang salah satu tugasnya adalah menyampaikan program pembangunan dengan bahasa agama. Sehingga keberaaannya sangat perlu dan sangat penting,” tegas Kakanwil.
Lebih lanjut Kakanwil mengutarakan permasalah urgent yang dihadapi oleh sebagian besar KUA. Saat ini keberadaan gedung KUA sudah tidak layak untuk melayani masyarakat, terlebih tanahnya bukan milik Kementerian Agama tetapi milik pemda setempat.
“Pemerintah adalah satu, semuanya berfokus pada pelayanan masyarakat. Yang dilayani oleh KUA adalah semua warga masyarakat setempat. Jadi tidak ada salahnya jika pemda menghibahkan tanah untuk kepentingan warganya sendiri,” pungkasnya. (nba-ch/gt)