Ungaran – Perjalanan peradaban dunia mempengaruhi pola kerja manusia. Runtut mulai zaman agraris, industri, informasi dan kini kita sudah masuk di zaman kreatif yang mengharuskan kita menguasai dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan sebagaimana pesan Sayidina Ali Bin Abi Tholib, “ajarlah anak-anakmu sesuai dengan zamannya,”.
Demikian pengawas PAI tingkat dasar, Sri Wahyuni memulai pengarahan di depan 25 guru-guru TK yang tergabung dalam Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) Kabupaten Semarang di TK Al Ikhlas Banyubiru, Selasa, (31/8).
Dirinya menyampaikan bahwa dalam hal pembangunan manusia unggul, banyak tantangan yang berakibat pada tumbuh kembang anak serta kepribadian anak. Untuk itu selaku guru di tingkat Taman Kanak-Kanak, perlu membekali diri dengan SDM yang mumpuni agar dalam menyampaikan nilai-nilai ubudiyah dan akhlaq kepada peserta didik, guru dapat mencontohkannya dengan benar.
“Sebagaimana kita tahu bahwa jenjang pendidikan yang paling dasar yakni pendidikan usia dini (PAUD) mulai dari Play Group, Kelompok Bermain, Taman Kanak- Kanak (TK ) dan Roudhotul Athfal (RA). Di jenjang inilah seharusnya semua anak sudah diajarkan adab, budi pekerti juga nilai-nilai kepribadian lainnya agar mereka dapat melewati fase tumbuh kembang yang baik,” kata Sri Wahyuni.
Setidaknya ada beberapa nilai-nilai yang mulai dikenalkan sejak dini kepada anak, meliputi nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai kepribadian. Adapun untuk nilai-nilai kepribadian sendiri, guru bisa menjalin kerjasama dan sinergitas dengan orang tua wali siswa, karena pembentukan karakter dan nilai-nilai kepribadian anak, sebagian besar terbentuk dari rumah.
“Kesadaran orang tua dalam memberikan pendidikan dan penanaman nilai-nilai kepribadian serta rendahnya kesadaran dalam memberikan kebutuhan asupan gizi yang tepat pada anak tentu ini menjadi PR bagi kita selaku pendidik. Namun demikian, jangan sampai hal ini menjadi beban yang justru mengesampingkan esensial pendidikan itu sendiri,” lanjutnya.
Di akhir pembinaan, Sri Wahyuni berpesan kepada seluruh guru binaannya untuk selalu dan tiada henti memperbaiki dan memperkuat karakter diri agar mampu menularkan energy positif kepada peserta didiknya. Sebab, keteladanan adalah metode yang paling tepat diterapkan di pendidikan tingkat dasar sebagai pondasi kedua setelah keluarga.
“Siapa lagi yang akan berperan dalam menyiapkan generasi unggul kalau tidak kita semua. Karena sifat dasar anak adalah imitative dimana anak senang meniru apapun yang dilakukan orang dewasa baik yang dilihat maupun didengar, maka mari kita bekali diri sebanyak mungkin dengan ilmu dan amal agar kita bisa memberikan keteladanan sebaik-baiknya selaku pendidik,” pungkasnya. (shl/Sua)