081128099990

WA Layanan

081393986612

WA Pengaduan

Search
Close this search box.

Lewat P5, Risky Arbangi Ajarkan Teknik Ecoprint, Membatik Menggunakan Daun.

Banjarnegara (Humas) – Melalui kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N) 1 Banjarnegara berhasil mengembangkan produk batik alami dengan teknik ecoprint, yakni membuat motif batik dengan memanfaatkan dedaunan yang ditempelkan pada kain basah sehingga membentuk corak warna alami dengan tekstur yang unik dan menarik, Senin (25/9/23). Musfi selaku ketua P5 pada tema gaya hidup berkelanjutan menyampaikan bahwa pembuatan ecoprint dirasa cukup menarik untuk diajarkan lewat anak didiknya. Baginya kegiatan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan, tetapi melestarikan budaya dan memanfaatkan bahan alami yang ada. “Teknik ecoprint ini baru pertama di Tulungagung, namun sudah ada beberapa di Indonesia. Khususnya di Yogyakarta yang disebut asal munculnya batik berpewarna alam ini,” terangnya. Berbeda dengan batik tulis maupun cetak, batik ecoprint dibuat lebih simpel Risky Arbangi yang juga sekretaris pada kegiatan P5 mengatakan ada cara simpel dalam pembuatan ecoprint. Yang pertama adalah dengan memberi warna dasar pada kain polos warna cerah (biasanya warna putih) menggunakan bahan pewarna alami. Misal untuk warna pink kemerahan menggunakan kayu atau akar secang yang ditumbuk dan direbus menggunakan air hingga mendidih. Kain polos yang telah dipersiapkan lalu dicelupkan hingga warna hasil larutan secang melumuri keseluruhan kain sehingga mengubah warna kain menjadi merah setengah pink. “Dengan teknik yang sama, jika butuh warna orange kecoklatan bisa menggunakan kulit kayu mahoni, kemudian coklat lebih gelap menggunakan kulit buah kelapa, ataupun warna coklat keunguan menggunakan kulit manggis. Bisa juga warna merah menggunakan bawang merah dan jika warna hitam menggunakan kulit Tunjung,” paparnya. Untuk memproses batik ecoprint, Arbangi tidak melakukannya sendirian. Ia dibantu oleh peserta didiknya. Kain yang telah dicelupkan air berpewarna alami kemudian diperas dan dibentangkan di atas lantai yang telah diberi alas plastik lalu ditaruh sejumlah daun dengan tatanan tertentu. Setelah itu kain berpewarna alami yang ditempeli dedaunan itu ditutup lagi menggunakan kain putih setengah basah dan lalu digulung rapi dan dilipat hingga seukuran panjang 40 centimeter. “Kain batik ecoprint yang masih basah lalu dijemur hingga kering, kurang lebih tujuh hari, sebelum akhirnya dilakukan fiksasi menggunakan air tawas atau larutan alami tertentu,” jelas Arbangi. Musfi juga menambahkan bahwa Batik yang dihasilkan jika menggunakan teknik ecoprint diklaim lebih lembut. Warna dan coraknya unik dan bernuansa lokal yang khas. (ran/Rk)
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Skip to content