Rembang – Penyuluh agama Islam sejatinya mempunyai peran yang sangat signifikan dalam membangun karakter sebuah masyarakat. Tugas yang diembannya tidaklah ringan. Dalam dunia globalisasi sekarang ini, penyuluh agama setidaknya harus mampu menghadapi lima tantangan besar.
Demikian dikemukakan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Atho’illah dalam Silaturahim Forum Komunikasi dan Konsolidasi Penyuluh Agama Islam yang diselenggarakan oleh FKPAI di aula Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Rabu (16/11).
Kepada sekitar 160 penyuluh, Atho’illah menyebutkan lima tantangan tersebut. Pertama, keterbukaan di berbagai bidang, seperti ekonomi, politik, dan sosial yang membuat dunia seolah tidak berjarak. Perkembangan iklim politik, ekonomi, dan sosial sebuah negara akan sangat dengan mudah berdampak kepada negara lain. “Semisal terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, juga akan mempengaruhi sikap warga Indonesia,” terang Atho’illah mencontohkan.
Demikian juga keterbukaan ekonomi, akan menyebabkan keterpurukan sebuah negara jika tidak ditopang dengan pengelolaan SDM yang kuat. Menjelang Masyarakat Ekonomi Asia, negara-negara lain akan sangat dengan mudah membuka usaha di Indonesia, bahkan hingga di daerah terpencil.
“Tugas penyuluh agama Islam di sini adalah, bagaimana menciptakan perekonomian umat Islam di negara kita, sehingga mampu memberikan sumbangsih kemajuan ekonomi dari dalam negeri sendiri. Sehingga kita tidak hanya menjadi penonton di negeri sendiri,” jelasnya.
Tantangan yang kedua, yaitu isu HAM yang akhir-akhir ini sudah sering terjadi. Segala kejadian sekarang ini bisa disangkutpautkan dengan ketidakadilan yang mengatasnamakan HAM. Maka dari itu, masyarakat harus bisa mensikapi dengan cerdas.
Tantangan yang ketiga, yaitu penyuluh harus mampu memberikan edukasi keagamaan bagi masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. “Pengeksploitasian Sumber Daya Alam yang tidak proporsional akan bedampak fatal bagi kerusakan lingkungan. Sementara Islam memerintahkan kita untuk menjaga alam,” lanjut Atho’illah.
Terorisme, radikalisme, dan ancaman disintegrasi bangsa menjadi poin tantangan berikutnya. Penyuluh agama Islam diharapkan mampu memberikan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin bagi semua masyarakat. “Berbagai persoalan terkait disintegrasi bangsa harus mampu disikapi dengan arif agar tidak sampai menimbulkan perpecahan kehidupan bermasyarakat,” sambungnya.
Tantangan yang terakhir dan sangat berbahaya adalan ancaman HIV/AIDS dan narkoba. Bahaya ini bisa muncul jika kita tidak waspada. Atho’illah menengarai ada skenario besar dengan peredaran narkoba. Pihak-pihak tertentu ingin mengeksploitas kekayaan alam Indonesia dengan terlebih dahulu menghancurkan generasi mudanya melalui narkoba. “Saat generasi muda sudah mulai hancur oleh narkoba, maka kekayaan alam akan dengan mudah dikuasai asing. Oleh karenanya, penyuluh agama Islam harus benar-benar memberikan penekanan yang lebih kepada masyarakat untuk mewaspdai narkoba dan juga HIV/AIDS dengan memegang teguh sendi-sendi ajaran Islam,” pungkas Atho’illah.— (SS/gt)