Lounching Batik Moderasi Beragama Kemenag Kab. Temanggung

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Temanggung – Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung H. Ahmad Muhdzir  dan Kasi Pendidikan Madrasah, H. Ahmad Sugijarto beserta jajaranya bertempat di Kampung Atas Awan Sibajak Desa Canggal Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung, telah dilaksanakan Lounching  Batik Moderasi beragama, Selasa (21/03).

Dalam sambutanya Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung, H. Ahmad Muhdzir memberikan semangat untuk penggerak moderasi disegala lini untuk memaknai moderasi dengan sungguh-sungguh,  sehingga mampu mewujudkan harmonisasi dan loyalitas yang tinggi kepada bangsa melalui Kementerian Agama dan jajaranya, baik yang di bawah atap maupun satker di bawahnya. Kepala Kantor Kemenag juga memberikan pembinaan  kepada semua yang hadir terutama bapak ibu / guru.

“Didiklah putra-putri siswa di madrasah dengan semangat toleransi yang tinggi sehingga tidak terjadi perlakuan yang berbeda sesama peserta didik. Guru harus paham betul empat standar kompetensi yang menjadi acuan pelaksanaan tugasnya,” ujarnya.

Hal ini direspon bagus oleh para guru yang hadir secara perwakilan dari kelompok kenaikan pangkat tahun 2023. Kelompok kenaikan pangkat yang hanya berjumlah 13 orang sekaligus peserta louching batik moderasi berharap bisa melaksanakan apa yang telah disampaikan  Kepala Kantor.

Pada kesempatan yang sama Kasi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung,  H. Ahmad Sugijarto, menyampaikan  guru jangan hanya sekedar mengajar tetapi harus selalu update ilmu dan menambah pengetahuan dari banyak sumber sehingga tidak kalah dengan siswa dan media.

“Membahas tentang kenaikan tingkat silahkan guru memberikan warna kedisiplinan untuk jenjang kenaikan sehingga tidak menjadi hambatan untuk pengajuanya,“ tuturnya.

Sementara selaku pembuat desain batik moderasi, Suswanto seorang guru pada MIN 1 Temanggung mengupas tentang batik Moderasi Beragama. Disampaikan sebagai pembuat desain memberikan gambaran umum tentang karyanya sehingga bukan sekedar memakai batik tetapi dengan mengetahui makna filosofinya akan lebih bermakna.

Dijelaskan oleh Suswanto, konsep batik moderasi diambil dari bunga kanthil mengandung arti mengajak, semoga moderasi beragama di Temanggung mampu mengajak semua elemen masyarakat bisa menjadi kader moderasi beragama.

Lima daun bunga gorang menggambarkan 5 sila dalam pancasila sehingga moderasi yang diharapkan tidak lepas dari karakter Pancasila, potongan biji daun bunga gorang berjumlah 5 dan dapat bertambah menggambarkan 5 agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia

Selanjutnya daun hijau hidup menjalar menggambarkan bahwa hijau lambang kesuburan dan menjalar ke atas diharapkan moderasi di Kabupaten Temanggung semakin berkembang ke atas dan tumbuh.

Sementara keris menggambarkan senjata yang anggun hanya dipakai saat terdesak tetapi anggun sebagai aksesoris dalam berpakaian, diharapkan moderasi beragama tetap menjadi dambaan dan anggun di masyarakat tetapi tidak rela jika moderasi terusik karena kepentingan pribadi dan golongan. Dua lingkaran bunga besar menggambarkan dua hubungan antara manusia dengan manusia serta manusia dengan TuhanNya.

“Moderasi diharapkan selalu menjadi amalan agama masing-masing pemeluknya dengan sungguh-sungguh tanpa bersinggungan dengan agama lain. Ombak yang kadang besar masuk ke daratan, dibatasi dengan pantai diharapkan moderasi dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman serta tidak terpengaruh keadaan,“ jelasnya.(sr/rf)