MAN 2 Rembang — Bulan Ramadan merupakan bulan yang istimewa dan dinanti-nantikan oleh banyak orang. Yang istimewa biasanya identik dengan ngaji kitab atau biasa disebut ngaji Pasan. Berbagai majelis ngaji bandingan digelar dengan berbagai ilmu seperti akhlaq, fiqih, tauhid dan lain sebagainya.
MAN 2 Rembang tidak mau ketinggalan memanfaatkan momentum ini. Kajian kitab kuning juga digelar yang diikuti oleh seluruh siswa dengan kitab Nashoihul Ibad menjadi kitab yang dikaji. Pengajian kitab Nashoihul Ibad ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada bulan Ramadan ini yaitu pada jam ke enam.
Kepala MAN 2 Rembang, H. Kasnawi mengatakan, adanya kajian kitab ini sesuai dengan instruksi Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah melalui surat edarannya bahwa KBM pada bulan Ramadan diarahkan untuk peningkatan keimanan dan ketaqwaan.
“Siswa kita sebagian besar merupakan santri di berbagai pesantren sekitar madrasah yang mana setiap Ramadan mengadakan kajian kitab atau ngaji Pasan. Tentu hal ini akan menambah semarak kegiatan di bulan suci ini,” imbuh Kasnawi Sabtu, (9/4).
Untuk sistem pembelajaran kitab kuning ini dilakukan pada jam terakhir setelah KBM biasa. Pusat kegiatan dilakukan di mushola madrasah yang diampu salah satu guru MAN 2 Rembang, KH. Nur Khozin yang juga merupakan pengasuh salah satu pesantren di Lasem.
Kapasitas tempat yang terbatas menyebabkan tidak bisa menampung seluruh siswa. Maka hanya diambil beberapa kelas untuk mengikuti kajian di mushola. Yang lain menyimak dan ikut memaknai kitabnya dari masing-masing kelas melalui pengeras suara yang didampingi seorang guru.
Nur Khozin menjelaskan, kitab ini cocok untuk diajarkan pada anak-anak muda khususnya para pelajar. Berbagai nasihat baik yang ada di dalamnya disampaikan dengan sederhana sehingga mudah untuk dipahami.
“Kitab ini mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat baik dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti sikap sabar, tawadhu, adil, dan yang terpenting pendidikan akhlak,” ungkap Khozin.
Kitab Nashoihul Ibad disusun oleh ulama besar nusantara, Syaikh Nawawi al-Bantani yang pernah menjadi imam Masjidil haram. Kitab ini banyak dikaji oleh para santri serta pelajar di Indonesia terutama di pondok pesantren. – huda/iq/rf