Kota Pekalongan – Kota Pekalongan, Jawa Tengah telah mendapat julukan sebagai Kota Kreatif Dunia karena potensi batiknya dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Seluruh proses produksi batik ini adalah sebuah rangkaian proses kreatif, mulai dari merancang motif, menggambar pola, hingga proses pewarnaan. Dimana, keseharian orang-orangnya yang sangat lekat dengan kreativitas. Namun, masalah yang dihadapi saat ini adalah regenerasi pembatik, terutama pembatik tulis. Banyak dari pembatik tulis yang ada saat ini sudah berusia sepuh. Mereka sudah berpuluh tahun mengabdikan dirinya untuk membatik dan hasil batiknya pun tidak dipungkiri keindahannya. (Senin, 12 September 2022).
Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Dinparbudpora) Kota Pekalongan, Sutarno mengharapkan, adanya regenerasi pengrajin batik maupun pembatik asli Kota Pekalongan. Menurutnya, batik Pekalongan kaya akan simbol dan makna filosofi kehidupan. Membuat batik diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO sejak 2 Oktober 2009 silam. Tanggal itu kemudian diperingati sebagai Hari Batik Nasional setiap tahunnya.
“Kami harapkan ada alih generasi perajin batik Pekalongan. Jangan sampai batik asli Kota Pekalongan yang sudah terkenal mendunia dan diakui oleh UNESCO sebagai warisan tak benda ini terlepas maupun hilang,” tegasnya.
Lanjutnya, regenerasi pembatik di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, belum menghadapi disrupsi berarti. Kultur setempat lah yang memegang peran besar dalam menjaga perputaran tersebut. Industri batik di Kota Pekalongan tidak akan berjalan mulus jika perajinnya setiap tahun, satu demi satu menghilang. Entah karena sudah renta atau meninggal, ditambah sulitnya regenerasi dalam keluarga pembatik karena anak-anak perajin batik enggan menekuni profesi orang tuanya.
Dengan mengenalkan proses membatik sejak dini khususnya kepada pelajar dari tingkat TK hingga perguruan tinggi akan membangkitkan semangat untuk mengenal dan mencintai batik secara lebih dalam dan lahir pula keinginan untuk menjadi seorang perajin batik yang profesional dan handal. Menurutnya, pelajar merupakan bibit potensial untuk mencetak perajin batik asalkan edukasi, sosialisasi, bahkan vokasi dapat berjalan secara kontinyu.
“Sesuai slogan Kota Pekalongan sebagai Kota Batik, kami berharap masyarakat khususnya generasi muda ini bisa terus melestarikan keberadaan batik khas Pekalongan. Dari pemerintah juga telah melakukan upaya-upaya pelestarian batik seperti melalui Karnaval Batik, mengenalkan batik sejak dini ke kalangan pelajar, dan sebagainya.” pungkasnya..(Tim/Ant/bd).