MIN 1 Rembang Gencarkan Gerakan Kurangi Sampah Plastik

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

MIN 1 Rembang — Salah satu wujud gerakan cinta lingkungan adalah dengan menjaga kebersihan dan kelestariannya. Sejak zaman dahulu plastik sudah terkenal sebagai salah satu penyebab kerusakan tanah. Hal ini dikarenakan Plastik tidak dapat diurai dalam jangka pendek. Dibutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun bagi sampah plastik untuk bisa hancur. Banyaknya sampah plastik yang ada di tanah akan sangat mengurangi kesuburan tanah tersebut.

MIN 1 Rembang sebagai lembaga pendidikan berkewajiban moral untuk mengajak para siswa menjaga dan melestarikan lingkungan dari kerusakan yang ditimbulkan oleh sampah plastik. Wujud nyata dari hal ini dibuktikan dengan disosialisasikannya gerakan pengurangan sampah plastik kepada seluruh civitas akademika.

Caranya adalah dengan mewajibkan seluruh peserta didik membawa tempat makanan dan minuman sendiri-sendiri dari rumah ketika akan membeli jajanan. “Biasanya para pedagang selalu membungkus makanan maupun minuman yang akan diberikan kepada siswa dengan bungkus plastik. Hal ini tentu saja mengakibatkan  banyaknya sampah plastik di sekitar madrasah. Untuk mengatasinya kami mensosialisasikan gerakan tanpa sampah plastik dengan mewajibkan murid membawa botol minuman dan tempat makanan sendiri-sendiri. Kami juga menghimbau para pedagang untuk tidak melayani pembelian makanan dan minuman dengan bungkus plastik,” terang Eka Matif, ketua Pokja Adiwiyata MIN 1 Rembang, Jumat (13/1/2022).

Apa yang telah diprogramkan Madrasah juga disambut baik oleh para wali murid. Mereka bahkan saling mencukupi satu sama lainnya. Apabila ada murid yang masih kesulitan menyediakan botol minuman atau tempat makanan maka wali murid lainnya akan membantu. “Saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh wali murid serta pedagang yang mendukung program ini dengan maksimal,” ujar Fahimi, kepala MIN 1 Rembang.

Fahimi juga berharap agar program ini tidak semata-mata sebagai sebuah program untuk  menyambut Adiwiyata saja tetapi kedepannya bisa menjadi bagian dari budaya di Madrasah.

“Adiwiyata itu harusnya lebih berfokus pada perubahan perilaku warga Madrasah serta masyarakat sekitar bukan semata-mata sebagai sebuah gerakan sesaat saja. Ke depan semoga perilaku Adiwiyata ini akan berubah menjadi budaya kehidupan bagi warga Madrasah dan sekitarnya,” jelasnya. — fahimi/iq/rf