081128099990

WA Layanan

081393986612

WA Pengaduan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Whistle Blower

Motivasi Juara PAI Award 2024

Kota Semarang (Humas) – Ada yang berbeda dalam pelaksanaan apel pagi hari ini di halaman Kantor Kementerian Agama Kota Semarang, Senin (2/9/2024).  Syarif Hidayatullah, Penyuluh Agama Islam (PAI) Kemenag Kota Semarang, peraih Juara Terbaik dalam PAI Award 2024 pada kategori Penguatan Moderasi Beragama, memberikan apresiasi dan motivasi kepada ASN setempat.

“Alhamdulillah, kami sangat berterima kasih atas doa dan dukungan Bapak Kepala Kemenag, para Kasi dan Gara, wabil khusus Bapak Kasi Bimas Islam Bapak Sumari, yang melecut motivasi kami dengan kata-katanya yang cukup spektakuler yakni, “Nyantol”,” tuturnya.

“Kata “Nyantol” inilah yang memacu niat saya, bagaimana agar inovasi atau materi yang diusung bisa masuk dalam nominasi PAI Award tingkat provinsi hingga nasional. Alhamdulillah berkat dukungan dari keluarga besar Kemenag Kota Semarang, program kami lolos mewakili Jawa Tengah ke tingkat nasional, bahkan bisa meraih prestasi sebagai Juara Terbaik,” imbuhnya.

Selain itu, Syarif Hidayatullah juga menyampaikan apresiasi kepada rekan sejawatnya yang turut hadir dalam ajang PAI Award 2024 yang digelar di Jakarta beberapa waktu lalu. “Terima kasih kepada rekan-rekan Penyuluh Agama Islam yang jauh-jauh datang dari Semarang ke Jakarta, memberikan dukungan dengan meneriakkan kata-kata “Gentho”. Tetapi justru kata “Gentho” inilah yang membuat saya menjadi lebih rileks dalam menghadapi para dewan juri dan menjadi tidak terbebani, santai tetapi pasti, seakan-akan hanya ngobrol dengan teman saja,” ungkapnya.

Menurutnya, publikasi melalui website dan media sosial yang diunggah oleh Tim Publikasi Kemenag Kota Semarang turut berperan dalam kesuksesannya dalam meraih PAI Award 2024.

Dalam kesempatan itu, Syarif juga berbagi pengalaman saat maju dalam ajang bergensi tersebut. “Pada awalnya, saya cukup khawatir dengan kelemahan yang saya miliki, yaitu GOT. GOT itu kepanjangan dari groyok, ompong, celat (red : cadel). Tapi dengan kelemahan inilah, saya berupa memberikan tampilan yang terbaik melalui video, portofolio, dan KTI yang saya sajikan. Tetapi ternyata hasilnya belum bisa optimal. Kesemuanya masih dibawah ekspektasi. Namun hal ini tak mengurangi semangat saya. Masih ada satu lagi tahap konfirmasi atau presentasi, yakni kesempatan untuk memberikan wawasan kepada para dewan juri bahwa eks napi teroris, jika digarap dengan benar, sabar, dan ikhlas, mereka bisa menjadi aset yang luar biasa. Alhamdulillah, presentasi yang disampaikan memuaskan bagi para dewan juri, sehingga melejitlah nilainya, semuanya diatas 90,” urainya.

Ia pun mengajak ASN Kemenag Kota Semarang untuk bisa mengambil hikmah dari pengalaman itu. “Janganlah kita mengendurkan kinerja sebagai abdi negara. Meskipun sejak 2016 saya belum naik pangkat, atau kurang lebih 18 tahun, tetapi ini tidak menyurutkan semangat saya untuk melaksanakan tusi dengan baik, tanpa pamrih, niatkan hanya demi Kementerian Agama, memberikan pelayanan yang terbaik dan bermanfaat bagi umat,” ajaknya.

“Tentunya apresiasi apa pun kami terima, tetapi prioritas saya saat ini, agar orang mendengar Kemenag lebih banyak positifnya dari pada negatifnya. Jika tidak dari kita masing-masing selaku ASN, siapa lagi?,” ujarnya.

Syarif mengajak ASN Kemenag Kota Semarang untuk tidak berhenti berkreasi dan berinovasi. “Bekerja sesuai tupoksi, tetapi tetap jangan lupa untuk berkreasi dan berinovasi, sehingga masyarakat dapat merasakan hasil karya dengan penuh kasih. Saya berharap, di tahun-tahun yang akan datang, kreasi dan inovasi ASN Kemenag Kota Semarang kembali mewarnai dan berkibar di tingkat nasional,” pungkasnya.(Arya/Nana/Nba)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Skip to content