MTs Negeri 2 Banjarnegara Raih Medali Emas Olimpiade AKM Literasi Nasional

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Banjarnegara – MTs Negeri 2 Banjarnegara kembali menorehkan prestasinya dengan meraih 7 medali pada Olimpiade AKM Literasi Tingkat Nasional untuk Sekolah Tingkat Pertama yang di gelar oleh NICE  By Indonesia  pada 14 Februari 2021 secara online.  Di bawah Guru bimbingan Endah Wahyuningsih dan Dwi Widiyastuti dengan anak binaannya antara lain Azkia Ulinajwa, Farah Alya Mufida, Melisa Ainun Najwa dan Argitta Nova Triana berhasil meraih medali emas. Sedangkan medali perak, Maitsa Alya Khoirunnisa dan Perunggu Chintiya Ramadhani dan Iqbal Wiyogo.

Kepala Madrasah Ratna Ayu Kartika Wulan menjelaskan bahwa Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan kompetensi yang benar-benar minimum, dimana melalui AKM kita bisa memetakan sekolah-sekolah di daerah berdasarkan kompetensi minimum yang harus dipersiapkan untuk menuju Sekolah Berkualitas.

Kompetensi Minimun adalah kompetensi dasar yang dibutuhkan murid untuk bisa belajar, apapun materinya dan apapun mata pelajarannya. Sehingga materi AKM ada dua yaitu terkait literasi atau baca tulis, serta literasi numerasi. Literasi yang dimaksudkan di sini bukan sekedar kemampuan membaca, tapi juga kemampuan menganalisis suatu bacaan serta kemampuan untuk mengerti atau memahami konsep dibalik tulisan tersebut. Sedangkan numerasi adalah kemampuan menganalisis menggunakan angka. Serta menekankan literasi dan numerasi bukan tentang mata pelajaran bahasa atau matematika, melainkan kemampuan siswa agar dapat menggunakan konsep literasi ini untuk menganalisa sebuah materi.

“AKM dan Survei Karakter terdiri dari soal-soal yang mengukur kemampuan bernalar menggunakan bahasa, kemampuan bernalar menggunakan numerasi, dan penguatan pendidikan karakter. Dan AKM dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif yaitu literasi dan numerasi yang saya jelaskan tadi. Kedua aspek kompetensi minimun ini, lanjutnya, menjadi syarat bagi peserta didik untuk berkontribusi di dalam masyarakat. Terlepas dari bidang kerja dan karir yang ingin mereka tekuni di kemudian hari,” ungkap Ratna Ayu Kartika Wulan.

Namun demikian, Ratna mengingatkan, fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak kemudian mengecilkan arti dari pentingnya mata pelajaran. Karena justru dengan literasi dan numerasi ini sangat membantu murid-murid untuk mempelajari bidang ilmu lain, terutama untuk berpikir dan mencerna informasi dalam bentuk tertulis dan dalam bentuk angka atau kuantitatif.

Sementara itu, Endah Wahyuningsih mengatakan tiada hasil yang membohongi usaha. “Tidak sia-sia semangat dan perjuangan yang selama ini curahkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk membimbing anak didiknya untuk mengasah kemampuan ternyata membuahkan hasil, rasanya terbalas sudah jerih payah selama ini,” ungkapnya dengan nada suka cita.

Perolehan prestasi Assesmen Kompetensi Minimal Literasi Nasional ini diharapkan dapat memperbaiki budaya belajar, tidak ada dikotomi antara mata pelajaran UN dan mapel non UN, tidak ada mapelajaran utama dan pelengkap, tidak ada percepatan materi atau bimbingan intensif serta meningkatkan proses pembelajaran. (Reff/Nafis Atoillah/ak/rf)