081128099990

WA Layanan

081393986612

WA Pengaduan

Search
Close this search box.

Pelatihan Disiplin Positif Di MTs Negeri 1 Kota Semarang

Solusi Mendidik Anak Dengan Hati

Semarang – Sejak 19 sampai dengan 24 Desembar 2022 MTs Negeri 1 Kota Semarang (Emtessa) mengadakan pelatihan Disiplin Positif (Dispo) kepada para guru dan pegawai Emtessa dalam penerapan Madrasah Ramah Anak. Acara dimulai jam 08.30 sampai dengan 14.30 WIB. Selain Dispo juga ada acara Agen Perubahan kepada para peserta didik. Sebelum materi  acra dibuka oleh Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Drs. H. A. Saifullah, M.Ag., sekaligus mengukuhkan Duta Agen Perubahan 30 peserta didik Emtessa.

Kabid Penmad sedang memberi pengarahan dalam acara pelatihan Dispo

Disiplin positif adalah pendekatan yang memampukan seseorang/ anak untuk memahami dan mengontrol perilakunya sendiri dengan kesadaran, dan bertangggungjawab atas tindakannya sendiri sebagai wujud menghormai diri sendiri dan orang lain. Berkaitan dengan itu Kabid Penmad dalam sambutannya mengatakan bahwa “Dispo membentuk bapak-bapak dan ibu-ibu menjadi kebapakan dan keibuan dengan kasih sayang. Anak-anak merasa nyaman dan kasih sayang. Anak-anak adalah the bestthe first, dan the deference.” tukas beliau. Dinformasikan pula se-Jawa Tengah madrasah yang menjadi piloting madrasah ramah anak ada 3 (tiga) yaitu MTs Negeri 1 Kota Semarang, MAN 1 Kota Semarang, dan MTs Negeri Rembang. Hal ini merupakan kerjasama  Kementerian Agama RI dan UNICEF. Oleh karena tu semua harus ramah kepada anak dengan muatan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, cinta NKRI, cinta sesama manusia. Selanjutnya madrasah aman bencana, jauh dari buliying (perundungan), kekerasan seksual, konflik, hukuman, dan sebagainya.

Kepala MTs Negeri 1 Kota Semarang dalam paparannya mengatakan bahwa “Kegiatan sosialisasi Madrasah Ramah Anak terdiri dari Agen Perubahan untuk anak dan Dispo untuk bapak ibu guru dan pegawai sangat penting untuk dipahami agar dapat menerapkan dalam mendidik anak sendiri maupun anak didik di madrasah sehingga anak merasa tidak ada hukuman, ancaman, dan sejenisnya, alias akan nyaman perasaannya dalam mendapatkan hak-haknya. Maka peserta Dispo jangan meninggalkan tempat pelatihan kecuali ada alasan yang tidak dapat ditinggalkan,” jelas H. Kasturi dengan tegas.

Fasilitatar Nasional, Subagyo dari LPA sedang melatih para guru dan pegawai dalam pelatihan Dispo

Setelah pencematan nama peserta, sesi pertama dimulai. Para fasilitator antara lain Subagyo, Bintang Al-Haq, Ayu Nadhifah, Hidayatusshalihah, dan Moch. Sinung Restendy. Beliau semua dari LPA. Adapun guru yang telah mendapatkan pelatihan Sekolah Ramah Anak di Yogyakarta pada beberapa waktu yang lalu adalah Widyastuti, Eko Pujiastuti, Diana Farahida dan Maftuh Abdul Aziz.  Materi yang disuguhkan mulai dari Pradaya (Diantaranya tentang pengantar pelatihan berupa dialog interaktif, alur proses, dan benchmarking), hukuman dan dampaknya, mitos dan fakta, memahami ciri dan perkembangan tidak tepat anak,  pendekatan disiplin positif, cara menangani perundungan dan konflik, memahami dan cara menangani  kekerasan seksual dan intoleransi  di madrasah, menerapkan konsekuensi logis yang berfokus pada solusi, dan memberikan penguatan dan dorongan positif. Pretest dan postest juga diadakan. Metode yang diterapkan andragogi.

Sebagian peserta Dispo Emtessa

Pelatihan Dispo ini sangat penting sehingga yang dahulu anak salah selalu dihukum dan di-skor, sekarang tidak dihukum tetapi ditanyai, dicari akar masalahnya, dikuatkan dan diberi dorongan positif. Guru perlu sabar, mendalami , dan menyadari akan perlaku kurang tepat anak. Jika semua ini diterapkan maka yang ada madrasah lebih kondusif, hubungan peserta didik dan guru lebih harmonis (karena anak merasa nyaman), prestasi muncul gemilang. Berkaitan dengan penerapan Kurikulum Merdeka yang sekarang sedang booming, disiplin positif untuk penguatan profil pelajar Pancasila adalah peserta didik memiliki sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, gotong royong, kreativitas, nalar kritis, kebhinekaan global, dan kemandirian, salah satunya memerlukan refleksi perbaikan pembelajaran oleh guru yaitu dengan dengan menerapkan disiplin positif. Semoga kita semua bisa. (Humas Emtessa/bd)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Skip to content