Karanganyar – Senin, 8 Mei 2023- Bimas Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar menyelenggarakan kegiatan Pembinaan Keluarga Sukinah, bertempat di Aula MAN 1 Karanganyar, kampus 2. Kegiatan ini diikuti oleh pasangan Hindu dan pemuda Hindu Pra-Nikah di Kabupaten Karanganyar.
Tema kegiatan pembinaan keluarga sukinah ini adalah ”Keluarga Hindu Harmonis dan Sejahtera Berwawasan Moderasi Beragama”, seperti tujuannya bahwa diharapkan pasangan Hindu menjadi keluarga yang harmonis, sejahtera, bahagia dan berwawasan moderasi bergama. Narasumber pada kegiatan ada 3, antara lain Drs. I Dewa Made Artayasa, I Wayan Puja Astawa, S.Pd., dan Hj. Sri Suyanti, S.E., MM.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar, Bapak Dr. H. Hanif Hanani, S.H., M.H. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa ”keluarga bahagia adalah konsep yang umum disetiap agama. Menikah bukan hanya menjadi tujuan, tetapi menikah adalah perjalanan. Menjadi keluarga hal yang paling penting adalah saling memahami dan mengerti antara kedua belah pihak,” tutur Hanif.
Narasumber pertama, Drs. I Dewa Made Artayasa menyampaikan Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata KULA dan WARGA, KULA artinya Abdi, hamba dan WARGA berarti Jalinan, Ikatan dan Pengabdian. Kulawarga berarti Jalinan.
“Keluarga bahagia yang menjadi tujuan wiwaha samkara dalam terminology Hindu disebut keluarga Sukhinah merupakan unsur yang sangat menentukan terbentuknya masyarakat sehat (sane society). Bersatunya antara seorang wanita dengan seorang laki-laki yang disimbulkan akasa dan pertiwi sebagai cikal bakal sebuah kehidupan baru yang diawali dengan lembaga perkawinan. Hendaknya laki-laki dan perempuan yang telah terikat dalam ikatan perkawinan selalu berusaha agar tidak bercerai dan selalu mencintai dan setia sampai akhir hayat hidupnya, jadikanlah hal ini sebagi hukum yang tertinggi dalam ikatan suami-istri,” paparnya.
Narasumber, I Wayan Puja Astawa, S.Pd. menuturkan, saat seorang laki-laki dan perempuan menikah, maka sebagian tubuhnya istri milik suami dan sebagian tubuh suami milik istri.
“Mereka menjadi satu kesatuan yang disimbolkan dengan Arda Nareswari, jika satu sakit, maka yang lain juga merasakan, jika suami sakit maka istri akan merasakan sakit demikian sebaliknya, mereka menyatu dengan tugas dan fungsinya masing-masing bagaikan Yin dan Yang, Positif dan Negatif yang saling melengkapi seperti halnya listrik tidak akan berfungsi jika hanya ada positif saja atau negatif saja, keduanya harus ada barulah dapat berfungsi.
Selanjutnya setelah terjadi harmonisasi antara suami dan istri, maka keduanya berfokus untuk melahirkan putra yang Suputra, karena hanya suputralah yang akan menyeberangkan orang tuanya dari penderitaan dan api neraka,” jelasnya.(ida/sua)