Wonosobo – Sebanyak 176 Pondok Pesantren se Jawa Tengah mengikuti seleksi Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) tingkat Provinsi Jawa Tengah yang dihelat di Kabupaten Wonosobo tepatnya di Pondok Pesantren Al Mubarak Manggisan selama tiga hari hari berturut-turut, Sabtu-Senin, (3-5/6).
Hadir dalam pembukaan MQK yaitu Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat, Forkopimda, Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah, Musta’in Ahmad, Kakankemenag Kabupaten/Kota se Jawa Tengah, Pimpinan Pondok Pesantren, dan diikuti oleh seluruh santri perwakilan dari 176 Pondok Pesantren.
Dalam laporan panitia, H. Muhtasit, selaku ketua pelaksana menyampaikan, di Jawa Tengah terdapat 5059 pondok pesantren dan yang mengikuti ikut seleksi tingkat Provinsi hanya 176 Pondok Pesantren. Dari hasil seleksi akan dipilih satu peserta oleh dewan hakim yang akan direkomendasikan untuk mengikuti Seleksi MQK tingkat Nasional. “Tidak ada juara satu, dua, dan tiga atau juara harapan satu, dua, dan tiga. Yang ada nanti akan ada satu peserta yang dipilih oleh dewan hakim dan akan direkomendasikan untuk maju tingkat Nasional yang akan digelar di Pondok Pesantren Sunan Derajat Lamongan jawa timur,” tandasnya.
Ia juga menjelaskan terkait Dewan Hakim dalam seleksi tersebut dipilih dari Ma’had aly tertua yaitu Ma’had Aly Al Anwar dan ma’had Aly termuda yaitu Ma’had Aly Al Mubarok. Selanjutnya dewan Hakim dari Pondok Pesantren Salaf berpaduan dengan kurikulum-kurikulum Madrasah dan Dewan Hakim dari Perguruan Tinggi Negeri yaitu UIN Walisongo Semarang dan UNSIQ Wonosobo.
Usai laporan panitia, acara dilanjutkan dengan sambutan Bupati Wonosobo. Dalam sambutannya Afif mengucapkan selamat datang kepada seluruh kafilah dari seluruh penjuru Jawa Tengah, yang telah siap berkompetisi dalam Lomba Membaca, Menerjemahkan, dan Memahami Kitab Kuning, Lomba Debat Bahasa Arab, Lomba Debat Bahasa Inggris, Bahtsul Kutub Kitab Fathul Muin menggunakan Bahasa Arab dan Inggris, serta Debat Qanun Berbasis Kitab Kuning bagi Mahad Aly, untuk selanjutnya mewakili Provinsi Jawa Tengah.
Menurutnya, Pondok pesantren memiliki tiga peran penting, yakni peran pendidikan, peran dakwah, dan peran pemberdayaan masyarakat, yang ketiga-tiganya begitu esensial dalam pembangunan sumber daya manusia. Ia katakan juga bahwa MQK sepatutnya mampu menggugah dan menjadi daya tarik,
“MQK sepatutnya menjadi daya tarik serta menjadi penyemangat bagi para santri untuk mempelajari Al-Qur’an, Hadits, dan Kitab Kuning, sebagai pondasi dalam beribadah, berdakwah, dan berkehidupan, baik dalam lingkungan pondok pesantren maupun di luar pondok pesantren,” jelasnya.
Ia berharap dengan adanya MQK tingkat Provinsi Jawa Tengah dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan Lembaga Pendidikan Pesantren, dan Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam di Jawa Tengah, khususnya dalam membentuk karakter generasi muda yang tidak hanya terampil, akan tetapi intelektual muslim yang mampu berperan sebagai penjaga moral, melalui pengamalan ilmu-ilmu yang telah didapatnya dengan berdakwah.
Selanjutnya dalam sambutan pembuka acara, Musta’in, menyampaikan ucapan terimakasih atas fasilitasi yang disiapkan pondok pesantren Al Mubarok Manggisan, ia berharap MQK berjalan dengan lancar.
Ia menambahkan, Agama adalah salah satu pondasi hidup untuk berbangsa dan bernegara, memberikan amanat tradisi yang membaik dari waktu ke waktu.
“Orang yang disebut beruntung hari ini adalah orang yang lebih baik dari hari yang lalu. Kalau harus ada yang harus disandingkan, ditandingkan, itu adalah kebaikan. Dalam Al Quran disebutkan dengan fastabiqul khoirot, yang kemudian di Negara kita dan di banyak Negara-Negara muslim, diabadikan dengan kata musabaqoh, berlomba, berkompetisi dalam hal kebaikan,” jelas Kakanwil.
Ia menyebutkan MQK kali ini bukan kali pertama melainkan sudah dilakukan MQK kesekian kalinya pada tahun-tahun sebelumnya. Ia katakan, dalam MQK yang dibaca adalah kitab-kitab turots,
“MQK kali ini sebenarnya bukan kali ini saja, tapi ini kali kesekian penyelenggaraan MQK. Yang dibaca ini kitab-kitab turots, kitab-kitab klasik, kitab-kitab warisan, yang diwariskan oleh para guru-guru kita, orang tua kita, sampai dengan yang diwariskan olen Nabi Muhammad SAW,” imbuhnya.
Menurutnya Pesantren harus berbeda dengan boarding school, maka perlu adanya penyangga yang membedakan diantaranya yaitu diajarkannya kitab-kitab kuning, “Maka MQK ini sekaligus untuk memastikan bahwa pengajaran kitab kuning sebagai salah satu Arkanul Mahdad, penyangga adanya pesantren ada diajarkan kitab-kitab kuning,” tandasnya.
Ia berharap MQK juga dapat menjawab fenomena-fenomena kehidupan beragama yang sedang dihadapkan dengan kemajuan teknologi.(Ps-ws/Sua)