Jepara – Kelompok Kerja Madrasah Aliyah (KKMA) 02 menggelar pelantikan Pengurus Baru KKMA 02 masa khidmad 2019-2023 di Aula Gedung LP Ma’arif NU Jepara, Senin (21/01)
Kegiatan ini dihadiri Ketua Tanfidiyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama’ Kabupaten Jepara, KH. Hayatun Nufus Abdullah Hadziq.
Dalam sambutan pengarahannya, KH. Hayatun menyampaikan bahwa guru atau seorang pendidik diharapkan tidak hanya sekedar mendidik saja. Karena apabila hanya sekedar mendidik maka apabila materi telah usai, ia akan berenti mendidik.
“pendidik jangan hanya sekedar mendidik. Guru madrasah harus peka akan problematika umat. Harus mau melihat kanan dan kiri, khususnya yang ada di daerahnya sendiri. Karena wujud Rohmatan Lil Alamin adalah dengan memahami permasalahan yang ada disekitar kita”ujar KH. Hayatun.
Problematika ummat yang terjadi didaerah khususnya kota Jepara telah banyak dijumpai dengan datangnya banyak wisatawan asing mancanegara yang datang dengan membawa budaya barat masuk ke kota Jepara.
“Kita harus mau melihat bagaimana permasalahan umat yang terjadi sekarang. Budaya kita adalah budaya Islam. Kini sudah mulai tergerus dengan datangnya orang asing ke Jepara yang membawa budaya mereka dan mulai menulari masyarakat Jepara dengan budaya yang jauh dari adat kesopanan” tutur KH. Hayatun.
Diantara sumber penyebab menyebarnya problematika umat tersebut adalah kesadaran masyarakat yang kurang akan datangnya ancaman budaya luar. Penyebab mudahnya hal tersebut masuk adalah arus perubahan zaman yang cepat dan arus masuknya teknologi maju yang begitu deras.
KH. Hayatun mengajak para kepala madrasah supaya mengubah mindsetnya akan pendidikan. “pendidikan zaman sekarang kualitasnya berkurang namun kuantitasnya bertambah. Mindset kita harus berubah akan kualitas bukan kuantitas” ujarnya.
Sebagai penutup, KH. Hayatun memberikan nasehatnya kepada pada kepala madrasah akan pentingnya sikap peduli pada daerahnya sendiri.
“tetap berhati-hati dan introspeksi diri. Jangan lengah seolah-seolah semua sudah benar. Banyaknya permasalahan umat akan membuat gejolak ekonomi dan juga gejolak akhlaq di masyarakat. Jangan sampai hal tersebut menjadi penyakit di masyarakat sehingga dampaknya kembali ke kita” tutup KH. Khayatun. (fm/bd)