Jepara – Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin, Balekambang Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah KH Makmun Abdullah Hadziq menyatakan, santri wajib cinta tanah air.
“Santri wajib cinta terhadap tanah airnya. Hubbul Wathan minal Iman. Lha wong kita tinggal merawat kok, tidak memperjuangkannya,” tegasnya di sela-sela persiapan Pembukaan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Nasional VI yang dipusatkan di lingkungan Ponpes Roudlotul Mubtadiin, Jumat (01/12).
“Orang muslim boleh memberontak, jika negara melarang shalat. Indonesia tidak melarang shalat, bahkan memfasilitasi orang shalat. Sekali lagi, jangan memberontak negara selama negara tidak melarang shalat,” imbuhnya.
KH Makmun melihat, keberadaan MQK sangat penting, agar santri mempunyai semangat lebih dalam mempelajari kitab kuning. Dampaknya, tercipta sebuah karakter santri yang kuat dan berakhlaqul karimah, berkah dan bermanfaat bagi umat.
“Semoga lomba Kitab kuning ini berjalan lancar, sukses dan membawa berkah bagi kita semua,” harapnya.
KH Makmun merupakan generasi ke-3 pengasuh pesantren yang didirikan pada tahun 1884 ini. Pesantren Roudlatul Mubtadiin termasuk salah satu pesantren tertua di Jepara.
“Pesantren ini didirikan Mbah Yai Hasbullah pada 1884 M, kemudian diteruskan Mbah Yai Abdullah Hadziq hingga 1985 M. Saya merupakan generasi ke-3,” ungkapnya.
Di bawah asuhan KH Makmun, Ponpes Roudlotul Mubtadiin berkembang pesat. Pesantren ini pernah menerima penghargaan dari Kemendiknas pada 2010 sebagai Pelopor Pendidikan Karakter Bangsa.
“Roudlotul Mubtadiin mengadopsi sistem pendidikan modern, tapi tidak meninggalkan tradisi salafiyahnya. Ada santri yang khusus mempelajari kitab kuning, namun ada pula yang sekolah umum,” lanjutnya.
Pada 2003, Ponpes Roudlotul Mubtadiin membuka Sekolah Menengah Kejuruan yang kini mempunyai enam jurusan: Teknik Audio Video, Tata Busana, Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Komputer dan Jaringan, Animasi dan Tata Boga.
Dua tahun berikutnya, atau pada tahun 2005, Ponpes Roudlotul Mubtadiin membuka Madrasah Ibtidaiyyah (MI). Tahun 2007 resmi membuka Madrasah Tsanawiyyah (MTs) dan 2010 membuka Madrasah Aliyah (MA). Sumber: kemenag.go.id/bd