Kota Semarang (Humas) – Moch. Fatkhuronji, Kasi Dikmad Kemenag Kota Semarang memberikan pendalaman materi bertajuk “Masa Depan Dunia Ada di Kelas Saya Hari Ini” dalam kegiatan Bimtek Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang diselenggarakan oleh KKM 2 MI Kota Semarang di Hotel Siliwangi, Kamis (29/8/2024).
Kepada 160 guru dan kepala madrasah yang tergabung dalam KKM 2 MI Kota Semarang selaku peserta kegiatan, Fatkhuronji memaparkan, pentingnya merancang pendidikan madrasah di era digital. “Saat ini kita sudah memasuki era digital, dimana seluruh kegiatan bisa dilakukan dengan lebih canggih atau berbasis teknologi. Kemajuan teknologi memberikan kemudahan dan percepatan bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, baik dari segi informasi, komunikasi, ekonomi, dan kebutuhan lainnya. Namun bak dua mata pisau, teknologi memiliki sisi negatif dan positif. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut mengupdate literasi, model pendidikan untuk disesuaikan dengan kondisi sekarang,” tuturnya.
Menurutnya, tugas guru adalah memberikan pembelajaran agar siswa dapat lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi, dan bisa mengambil manfaat dari kemudahan yang ada. “Siswa itu lebih pintar dan lebih update ketimbang guru, karena informasi aktual bisa didapat dengan mudah. Begitu pun aplikasi-aplikasi dan fitur-fitur di gadget mereka. Tugas kita yakni mengarahkan agar teknologi digunakan secara tepat dan manfaat. Sebagai pendidik, kita harus memahami sejauh mana perubahan era digital akan berdampak pada proses pendidikan generasi ini,” pesannya.
Untuk itu, ia mengajak peserta kegiatan terus meningkatkan kompetensinya. “Kita perlu terus mengasah hard skill, salah satunya melalui kegiatan Bimtek seperti hari ini, memperkaya soft skill, memperbanyak literasi, dan yang tak kalah penting adalah memahami karakteristik siswa,” ujarnya.
Fatkhuronji mengatakan, mengetahui peminatan siswa diperlukan guna merancang materi yang pas untuk peserta didik. “Jika sudah tahu, ini loh siswa saya itu sukanya belajar yang model begini, maka dengan merancang pembelajaran yang tepat diharapkan siswa fokus, berpartisipasi aktif, sehingga bisa dilihat kompetensinya dimana,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menguraikan tahapan dalam merancang pembelajaran di era digital. “Pertama, kita harus pahami proses pembelajaran apakah sudah efektif dalam melakukan transfer informasi kepada peserta didik? Apakah metode kita sudah memenuhi syarat dalam mengembangkan individu sehingga memiliki kemampuan untuk bertanya, menganalisis, kemudian menerapkan informasi atau pengetahuan yang didapat,” urainya.
“Kedua, cara mengajar kita seperti apa? Apakah sudah sesuai dengan kebutuhan para siswa? Kompetensi apa yang dibutuhkan? Dan sumber daya apa saja? Materi pendidikan bisa berupa video atau presentasi, baik itu yang kita buat sendiri atau literasi dari internet, kemudian para siswa membahas materi tersebut, dan diskusi atau tanya jawab antara sesama siswa maupun dengan guru terhadap hal-hal yang belum mereka pahami,” sambungnya.
Dan yang terakhir menurutnya, pentingnya membuat target waktu pencapaian output dan evaluasi pembelajaran. “Di akhir, jangan lupa lakukan evaluasi, sudah ada peningkatan belum. Jika belum maka lakukan inovasi,” katanya.
Di akhir pemaparannya, Fatkhuronji mengungkapkan tantangan terbesar yang dihadapi pendidik di era digital. “Tantangan para pendidik saat ini adalah bukan menentukan seperti apa platform digital atau e-learning yang akan dirancang, tetapi bagaimana menjaganya agar tetap bisa dilakukan dengan fleksibel, tetap mutakhir, mengalir dengan mudah. Pendidik juga dituntut mampu mendidik siswanya agar menjadi seorang digital native yang memiliki digital wisdom, bijak dalam memanfaatkan teknologi, sesuai dengan budi pekerti luhur,” pungkasnya.(Dayat/Nba)