Pentingnya Relasi Kesalingan Laki-laki dan Perempuan dalam Rumah Tangga

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Ungaran (Humas) – Perwakilan anggota Dharma Wanita Persatuan satu atap Kantor Kementerian Agama Kabupaten Semarang ikuti pengajian virtual bertajuk hikmah Isra Mi’raj bagi relasi kesalingan laki-laki dan perempuan dengan pembicara KH.Faqihuddin Abdul Qodir di Ruang Subbag Tata Usaha, Selasa, (27/02/2024) pagi.

Disampaikan oleh Penasihat DWP Kemenag RI, Eny Yaqut Cholil Qoumas dalam sambutannya bahwa Isra’ Mi’raj sebagai awal mula diperintahkan salat bagi kaum muslim harusnya menjadi cerminan bahwa untuk bisa melakukannya dengan baik, dibutuhkan relasi yang baik pula antara suami istri juga anak-anak untuk saling mengingatkan, saling mengajak dalam hal kebaikan. Sebab mustahil seorang suami menginginkan istrinya sholihah kalau dirinya sendiri tidak dapat memberi contoh yang baik untuk istri dan anak-anaknya. Begitupun sebaliknya, tak akan menjadi sholih suami kita kalau kita tidak bisa menjadi istri yang patuh dan taat pada suami kita.

Sementara itu, KH. Faqihuddin dalam tausiyahnya menyampaikan bahwa antara laki-laki dan perempuan, sungguh yang membedakan di sisi Allah hanyalah amal ibadahnya. Adapun hubungan relasi laki-laki dan perempuan dalam berumah tangga sudah seharusnya meneladani apa-apa yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW.

“Menjadi Istri solihah itu mudah, asalkan kita hurmat dan taat pada suami, malaksanakan salat lima waktu sebagai tiang agama juga bisa memberikan kenyamanan dalam keluarga,” kata KH. Faqihuddin.

Untuk peristiwa Isra’ Mi’raj sendiri KH. Faqihuddin menyampaikan bahwa hal tersebut merupakan bentuk penghiburan dari Allah SWT kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang sudah mengalami Amul Huzni (tahun kesedihan) setelah beliau kehilangan dua sosok pelindung yang menjadi orang terdekatnya, yaitu Siti Khadijah (istrinya) dan Abu Thalib (pamannya) karena meninggal dunia.

”Dari peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut, Rasulullah SAW mendapatkan perintah sholat wajib lima waktu. Dan bagi siapapun yang mendirikan sholat, sejatinya orang tersebut sedang menempuh jalan sebagaimana yang pernah dialami oleh Rasulullah SAW yang dapat menjadi jalan keluar dari kesedihan dan kesulitan yang dialami umat muslim,” lanjutnya.(shl/Sua)