Surakarta – Di era milenial yang terbuka sekarang ini, kompetensi seorang penyuluh dituntut untuk memahami bidang yang diembannya. Jangan sampai seorang penyuluh, tidak tahu bagaimanakah cara dan niatnya sholat gaib, sujud syukur, atau tidak bisa membedakan antara air yang suci dan air musta’mal. Karena penyuluh itu dianggap orang yang sudah profesional, sudah ahli, maka penyuluh itu secara keilmuan harus menguasai dan mumpuni tupoksinya masing-masing. Demikian disampaikan Musta’in Ahmad, pada kegiatan Pembinaan Penyuluh Agama Islam, di Aula Kemenag Surakarta, Jum’at (5/10) kemarin.
“Penyuluh PAI di Surakarta dituntut punya gaya yang khas, sehingga nantinya banyak orang yang berguru ke Surakarta untuk memberikan penyuluhan yang efektif,” harap Musta’in
Lebih lanjut, Musta’in mengajak kepada semua penyuluh di Surakarta, baik penyuluh fungsional ataupun penyuluh non PNS untuk mengemas cara penyuluhannya dengan kemasan yang baik, sehingga kedepannya, orang-orang dari luar mau datang ke Solo untuk berguru maupun studi banding.
“Kedepannya Surakarta harus menjadi contoh dan acuan dan menjadi cerita yang baik untuk orang-orang yang berkunjung ke Kota Budaya ini, jangan sampai orang menjadi kapok setelah berkunjung ke kota Surakarta,” tuturnya
Oleh karena itu, Musta’in berharap pada setiap pertemuan harus efektif ada sumbang saran yang dikemas dengan bagus.
“Untuk menunjang semua itu, teorinya penyuluh setiap hari harus ngantor di KUA masing-masing dari jam 08.00 s/d jam 12.00, prakteknya, minimal seminggu sekali, gantian, jangan semuanya”, jelas Musta’in.
Untuk mencapai semua itu, Musta’in berharap penyuluh PNS sebagai pembimbing, pengarah, dan pengatur.
“Penyuluh PNS harus memberi contoh yang baik, segera bikin dan periksa lagi perencanaan kerja tahunan, rencana kerja penyuluhan,” pungkas Musta’in. (gyt_rma/bd)