Penyuluh Agama Mampu Implementasikan Merah Marun, Sukseskan Tahun Kerukunan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kota Semarang (bimas hindu) – “Kemajemukan masyarakat adalah suatu keindahan tetapi rentan dengan permasalahan, penyuluh memiliki peran penting sebagai tangan panjang Pemerintah. Di Tahun Kerukunan, Kementerian Agama dengan kontruksi slogan “Merah Marun” diharap mampu menjadi solusi berbagai konflik yang ada di masyarakat. Masyarakat secara umum belum kuat swakarsanya untuk bicara tentang bahwa kerukunan itu satu paket dengan agama, jika beragama tanpa menghadirkan persaudaraan, kedamaian dan kerukunan iti sama artinya dengan hidup tanpa agama. Untuk mendorong kesadaran masyarakat khususnya di Jawa Tengah perlu adanya cara atau strategi yang dikenal dengan istilah “Merah Marun”, bukan sekedar warna, tetapi kepanjangan dari Menyemai Ramah untuk Masyarakat Rukun”. Disampaikan Kepaka Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Musta’in Ahmad saat membuka kegiatan Peningkatan Moderasi Beragama pada Penyuluh Agama Hindu Provinsi Jawa Tengah di Hotel Candi Indah Kota Semarang pada Jumat, 7 April 2023.

Kegiatan diikuti oleh penyuluh agama Hindu baik PNS maupun Non PNS dan tokoh agama Hindu. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan program Bimas Hindu Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2023.

Dibuka secara resmi oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah. Dalam pengarahannya, Musta’in Ahmad mengajak penyuluh agama Hindu untuk menggalakan Merah Marun (menyemai ramah untuk masyarakat rukun), hal ini dilakukan karena orang sekarang ini semangat sekali beragama akan tetapi tidak secara utuh.

“Orang bersemangat beragama tapi tidak dengan benar dia belajar agama, belajar sak kecekele (sedapatnya), orang yang belajar agama sak kecekele itu potensial jadi ekstrim kanan dan ekstrim kiri, ini persoalan kenapa belakangan ini moderasi beragama kita dorong,” tegas Musta’in Ahmad.

Lebih lanjut, Musta’in Ahmad menjelaskan tentang pemahaman agama secara utuh dianalogikan dengan sebuah pohon, bagian batang disebut moderasi atau moderat, disangga oleh setidaknya tiga akar, akar tengah disebut iman, akar kiri disebut hukum atau syariat dan akar kanan disebut dengan perilaku, ketiganya harus lengkap dan kokoh, sehingga setidaknya memuncukkan empat dahan yang disebut dengan indikator moderasi beragama yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan adaptif terhadap kearifan budaya lokal yang akan menyangga rimbunnya harmoni atau kerukunan.